Kamis, 05 November 2015

Pengelolaan Modal Kerja (kas & Persediaan)

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perusahaan merupakan lembaga ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa melalui penggunaan sumber-sumber ekonomi secara efektif dan efisien. Setiap perusahaan yang menjalankan usaha selalu membutuhkan modal kerja. Modal kerja itu antara lain digunakan untuk pembelian bahan baku, aktiva tetap, pembayaran gaji karyawan dan pembayaran biaya-biaya lainnya.
Manajemen modal kerja yang efektif dan efisien menjadi sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja maka besar kemungkinannya perusahaan tersebut akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup tetapi tidak dapat membayar kewajiban jangka pendek pada waktunya maka akan menghadapi masalah likuiditas.
Dalam menyusun dan menyempurnakan makalah ini penyusun mencoba untuk menyampaikan bahwa modal kerja memiliki arti penting dalam pengaturan jasa-jasa monopoli yang di beriakan oleh perusahaan-perusahaan. sehingga pembaca dapat mengambil manfaat yang terkandung dalam makalah ini.










BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Modal Kerja
 A. Pengertian Modal Kerja
                                    Bambang Riyanto (2007 : 20) menyatakan bahwa “pengertian modal kerja dimaksudkan sebagai jumlah keseluruhan aktiva lancar.” Pengertian tersebut sama dengan pengertian modal kerja yang dinyatakan oleh Susan Irawati (2006 : 89) bahwa “modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar atau current assets.”
                    Sementara itu menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland – Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat- surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar
B.   Konsep Modal Kerja
                    Riyanto (2001:57-58) mengemukakan konsep modal kerja yang biasa digunakan untuk analisis, yaitu:
1.    Modal Kerja Kuantitatif.
Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang tertanam dalam aktiva yang masa perputarannya kurang satu tahun. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar. Oleh karena semua elemen aktiva lancar diperhitungkan sebagai modal kerja tanpa memperhatikan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, maka modal kerja ini sering disebut modal kerja bruto atau gross working capital.
2.    Modal Kerja Kualitatif.
Pada konsep ini, modal kerja bukan semua aktiva lancar tetapi telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh pembayaran-pembayaran hutang yang segera jatuh tempo. 

3.    Modal Kerja Fungsional.
Konsep ini lebih menitik beratkan pada fungsi dana dalam menghasilkan penghasilan langsung atau current income. Dan pengertian modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan current income sesuai dengan tujuan didirikannya perusahaan pada satu periode tertentu.


C.   Jenis-Jenis Modal Kerja
         A. W. Taylor (Dalam Riyanto, 2001:60-61) menyatakan bahwa modal kerja bisa dikelompokkan ke dalam dua jenis sebagai berikut:
1.    Modal Kerja Permanen
        Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam yakni:
a.    Modal Kerja Primer. Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada dalam  perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.
b.    Modal Kerja Normal. Merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bias  beroperasi dengan tingkat produksi normal. 

2.    Modal Kerja Variabel
        Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang  mempengaruhi perusahaan atau berfluktuasi berdasarkan volume produksi atau penjualan. Modal kerja variabel terdiri dari:
a.    Modal Kerja Musiman. Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan, misalnya perusahaan biscuit harus menyediakan modal kerja lebih besar pada saat musim hari raya.
b.    Modal Kerja Siklus. Adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi konjungfur.
c.    Modal Kerja Darurat. Modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan- keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan. Sebuah usaha akan sehat apabila posisi modal kerjanya stabil, artinya dari dua jenis modal kerja di atas tersedia.
        Kebutuhan modal kerja dari waktu ke waktu dalam satu periode belum tentu sama. Hal ini disebabkan oleh berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Perubahan itu sendiri kemungkinan disebabkan adanya permintaan yang tidak sama dari waktu ke waktu. Oleh karena itu kebutuhan modal kerja juga mengalami perubahan.


D.    Komponen Modal Kerja
                    Modal kerja yang dibahas disini adalah modal kerja dalam konsep kualitatif, yaitu modal kerja neto (net working capital) yang merupakan kelebihan antara aktiva lancar di atas utang lancarnya.
 Komponen modal kerja mencakup aktiva lancar dan utang lancar, yang dijelaskan sebagai berikut:
1.    Aktiva Lancar.
                    Munawir (2004:14) menyatakan pengertian aktiva lancar sebagai berikut: Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal. Yang termasuk aktiva lancar adalah:

a)    Kas (Cash).
Uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai dan alat pembayaran itu terdiri dari uang logam, uang kertas, cek, dan lain-lain. Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban financial perusahaan, karena sifat likuidnya tersebut kas memberikan keuntungan yang paling rendah.
b)    Investasi Jangka Pendek (Temporary Investment).
Obligasi pemerintah, obligasi perusahaan indusri, dan surat-surat utang sejenis, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual kembali dikenal sebagai investasi jangka pendek. Surat-surat berharga yang dibeli sebagai investasi jangka pendek dari dana-dana yang sementara belum digunakan, dan bila surat-surat berharga tersebut dapat segera dijual, maka dapat dianggap sebagai aktiva lancar. Surat-surat berharga tersebut dimiliki untuk jangka pendek dengan maksud untuk diperjualbelikan (trading securities). Jenis dari investasi jangka pendek ini adalah efek (marketable securities).
c)    Wesel Tagih (Notes Receivable).
Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam suatu promes. Promes tagih adalah promes yang ditandatangani untuk membayar sejumlah uang dalam waktu tertentu yang akan datang kepada seseorang atau suatu perusahaan yang tercantum dalam surat perjanjian tersebut (nama perusahaan yang memegang surat tersebut).
d)    Piutang Dagang (Accounts Receivable).
Piutang dagang meliputi keseluruhan tagihan atas langganan perseorangan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit. Kebijakan penjualan kredit sengaja dilakukan untuk  memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan. Dengan kebijakan penjualan kredit ini juga akan menimbulkan resiko bagi perusahaan akan tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang tersebut.
e)    Penghasilan Yang Akan Masih Diterima (Account Receivable).
Penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain, tetapi pembayarannya belum diterima sehingga merupakan tagihan.
f)    Persediaan Barang (Inventories).
Barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih ada di tangan pada saat penyusunan neraca. Untuk perusahaan industri yang mengolah bahan dasar menjadi barang jadi, mempunyai tiga persediaan yakni persediaan bahan dasar atau bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.
g)    Biaya Yang dibayar dimuka ( Prepaid Expense).
Pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain yang belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan. Contohnya yaitu biaya sewa yang dibayar di muka dan biaya iklan yang dibayar di muka.


2.    Hutang Lancar
                    Munawir (2004:18) mengemukakan pengertian hutang lancar sebagai berikut: Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancer yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, atau utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk hutang lancar adalah sebagai berikut:
a)    Wesel Bayar (Notes Payable) Wesel bayar adalah promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atau perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan datang yang ditetapkan (utang wesel). Promes dapat diberikan kepada bank ketika perusahaan meminjam uang atau kepada kreditur untuk pembelian barang dagangan secara kredit.
b)    Hutang Dagang (Account Payable) Hutang Dagang Adalah semua pinjaman yang  timbul karena pembelian barang-barang dagangan atau jasa secara kredit. Pinjaman tersebut akan dikembalikan dalam waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu operasi perusahaan yang normal).
c)    Penghasilan Yang Ditangguhkan (Differed Revenue) Penghasilan yang diterima terlebih dahulu merupakan penghasilan yang sebenarnya yang belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang terlebih dahulu kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya (perusahaan berkewajiban untuk memenuhinya). Penghasilan baru direalisasi bila jasa-jasa telah dipenuhi atau transaksi penjualan telah selesai.
d)    Hutang Dividen (Divident Payable) Hutang dividen merupakan bagian laba perusahaan yang diberikan sebagai deviden kapada pemegang saham, tetapi belum dibayarkan ketika neraca disusun. Hutang Pajak (Tax Payable) Beban pajak perseroan yang belum dibayarkan pada waktu neraca disusun.Kewajiban Yang Masih Harus Dipenuhi (Accrual Payables)  Kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan.Misalnya: upah, bunga, sewa, pensiun dan lain-lain.



E.   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
                    Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor.
                    Munawir (2004:117) menyatakan bahwa besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1)      Sifat atau tipe dari perusahaan
2)      Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang  akan  dijual serta harga per satuan dari barang tersebut.
3)      Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
4)      Syarat penjualan
5)      Tingkat perputaran persediaan.


F.    Pentingnya Modal Kerja Yang Cukup
                    Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan. Misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keuangan perusahaan.
Menurut Munawir (2004:116) manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut :
1.    Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
2.    Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
3.    Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
4.    Menjamin perusahaan memiliki kredit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.
5.    Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
6.    Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.
7.    Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi denan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku biasa dan supply yang dibutuhkan.
8.    Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam posisi resesi atau depresi.
Di luar kondisi diatas, yakni adanya modal kerja yang berlebihan dan terjadinya kekurangan modal kerja, keduanya merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Modal kerja yang berlebihan menunjukkan pengelolaan dana yang tidak efektif disamping akan menimbulkan keburukan- keburukan seperti, dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan, investasi- investasi pada cabang yang tidak diinginkan dan kerugian bunga karena saldo bank yamg tidak digunak


G.     Sumber Modal Kerja
                    Modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek.
Munawir (2004:120) menyatakan bahwa pada umumnya modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:
1.    Hasil Operasi Perusahaan Adalah jumlah net income yang tampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari operasi perusahaan.
2.    Keuntungan Dari Penjualan Surat-Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek). Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat-surat berharga ini mengakibatkan perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas.
3.    Penjualan Aktiva Tidak Lancer.Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil dari penjualan aktiva tetap. Investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar jumlah penjualan tersebut.
4.    Penjualan Saham Atau Obligasi. Untuk menambah dana atau modal kerja yang diperlukan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan juga dapat mengeluarkan obligasi atau bentuk utang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan utang dalam bentuk obligasi harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.


H.    Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
        Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung dari dua faktor :
1.    Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya barang di simpan digudang, jangka waktu penerimaan piutang.
2.    Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari utk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.


I.     Manfaat Manajemen Modal Kerja
a.    Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
b.    Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
c.    Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d.    Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen.
e.    Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
f.    Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
g.    Laporan modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja.

J.    Laporan Modal Kerja
     Laporan perubahan modal kerja merupakan ringkasan tentang hasil-hasil aktivitas keuangan suatu perusahaan dalam satu periode tertentu dan menyajikan sebab-sebab perubahan-peubahan posisi keuangan perusahaan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah sebagai berikut.
1.    Sifat umum atau tipe perusahaan (Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility) relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadikan relatif cepat)
2.    Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang. Jumlah modal kerja bukan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal kerja.
3.    Syarat pembelian dan penjualan (Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil
kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar).
4.    Tingkat perputaran persediaan (Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah.)
5.    Tingkat perputaran piutang ( Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas.)


K.      Pengelolaan Modal Kerja
    Pengelolaan modal kerja dipengaruhi oleh elemen-elemen dalam modal kerja diantaranya yaitu:
a)    Kas Merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa digunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan dapat memenuhi kewajiban finansialnya, tapi apabila kas yang besar tidak di imbangi dengan kenaikan penjualan maka tingkat perputaran akan menjadi rendah sehingga penggunaan kas menjadi tidak efektif.
b)    Piutang Merupakan penjualan secara kredit yang bertujuan untuk meningkatkan atau untuk mencegah penurunan penjualan. Piutang yang terlalu besar mengakibatkan perusahaan akan menanggung beban modal yang besar.
c)    Persediaan Dalam hal ini, maka perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan, biaya asuransi dan biaya lain-lain yang semua itu akan memperkecil tingkat keuntungan.
d)    Hutang Lancar Merupakan cash outflows yang terdiri dari hutang-hutang jangka pendek seperti hutang wesel, hutang perniagaan dan hutang-hutang pada bank lainnya yang berusia kurang dari 1 tahun.



L.      Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja 
        Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung dr 2 faktor :
a)    Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya barang di simpan digudang, jika waktu penerimaan piutang
b)    Pengeluaran kas rata-rata setiap hari 
Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari untuk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.
Modal Kerja makin besar, jika :
ü    Jumlah pengeluaran kas setiap tetap, periode perputaran lama
ü    Periode perputaran tetap, jumlah pengeluaran kas besar
Contoh:
PT “ABC” memproduksi produk Z, setiap harinya sebanyak 100 unit. Dalam satu bulan perusahaan bekerja selama 25 hari. Unsur biaya yang dibebankan untuk setiap unit produk adalah sbb:
a.  Bahan Mentah A seharga Rp 500
b.  Bahan Mentah B seharga Rp 200
c.  Tenaga Kerja Langsung Rp 400
Biaya administrasi setiap bulan Rp 1.250.000. Gaji pimpinan perusahaan setiap bulan Rp 2.000.000. Uutuk membeli bahan mentah A perusahaan harus memberikan uang muka kepada supplier bahan mentah tsb rata-rata 5 hr sebelum bahan mentah diterima. Waktu yang diperlukan  untuk membuat barang tersebut 5 hari, dan selanjutnya atas pertimbangan kualitas barang masih harus tersimpan digudang 2 hari. Penjualan dilakukan dengan kredit dengan syarat pembayaran 10 hari sesudah barang diambil. Pimpinan menetapkan persediaan besi Rp 2.000.000. Berapa besarnya kebutuhan Modal Kerja yang diperlukan perusahaan tersebut untuk membiayai membiayai operasi perusahaan secara Kontinyu?

Jawab:
Periode perputaran
•    Bahan mentah A
a.    Dana yang terikat dalam persekot bahan    5   hari
b.    Proses produksi                5   hari
c.    Barang jadi                2   hari
d.    Piutang dagang                10 hari
•    Bahan mentah B, tenaga kerja langsung, biaya administrasi, gaji pimpinan
a.    Proses produksi                                          5  hari
b.    Barang jadi                                                 2  hari
c.    Piutang dagang                10 hari
Kebutuhan dana yang akan ditanamkan dalam unsur modal kerja tersebut adalah:
a.    Bahan mentah A    =  100 unit x Rp.500 x 22 hari  = Rp.  1.100.000
b.    Bahan mentah B    =  100 unit x Rp. 200 x 17 hari = Rp.     340.000
c.    T kerja langsung    =  100 unit x Rp. 400 x 17 hari = Rp.     680.000
---------- +
JUMLAH       Rp.  2.120.000 

Biaya administrasi dan gaji pimpinan :
a.    Jumlah biaya selama 1 bulan Rp. 3.250.000
b.    Jumlah biaya produksi selama 1 bulan (25 hari ) = 25 x 100 unit = 2500 unit
c.    Biaya per unit = Rp. Rp. 3.250.000 / 2500 unit   = Rp. 1300
d.    Biaya per hari 100 unit x Rp. 1300                      = Rp. 1.300.000

Dana yang diperlukan untuk biaya selama periode perputaran
= Rp. 1.300.000 x 17 hari                    =  Rp.  22.100.000
Persediaan kas minimal                    =  Rp.    2.000.000
                                                                                                     ------------  +
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan            =  Rp. 26.220.000 

2.1      Pengelolaan Kas

                     Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid , yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan . karena sifat likuidnya tersebut , kas memberikan keuntungan yang paling rendah. Kalau perusahaan menyimpan kas di bank dalam bentuk rekening giro, maka jasa giro yang diterima oleh perusahaan persentasenya akan lebih rendah dari pada kalau disimpan dalam bentuk deposito berjangka (yang tidak setiap saat bisa diuangkan). Karena itu masalah utama bagi pengelolaan kas adalah menyediakan kas yang memadai tidak terlalu banyak (agar keuntungan tidak berkurang terlalu besar) tetapi tidak terlalu sedikit (sehingga akan menganggu likuiditas perusahaan).
1.      Motif memiliki kas
John Maynard  Keynes menyatakan bahwa ada tiga motif untuk memiliki kas, yaitu : (1) Motif Transaksi
            Motif Transaksi berarti perusahaan menyediakan kas untuk membayar berbagai transaksi bisnisnya. Baik transaksi reguler maupun yang tidak reguler.

(2) Motif Berjaga-jaga
            Motif Berjaga-jaga dimaksudkan untuk mempertahankan saldo kas guna memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga. Seandainya semua pengeluaran dan pemasukan kas bisa diprediksi dengan sangat akurat, maka saldo kas untuk maksud berjaga-jaga akan sangat rendah. Selain akurasi prediksi kas, apabila perusahaan mempunyai akses kuat ke sumber dana eksternal , saldo kas ini juga akan rendah. Motif Berjaga-jaga ini nampak dala kebijakan penentuan saldo kas minimal dalam penyusunan anggaran kas.

(3) Motif Spekulasi
            Motif Spekulasi dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari memiliki atau menginvestasikan  kas dalam bentuk investasi yang sangat likuid. Biasana jenis investasi yang dipilih adalah investasi pada sekuritas. Apabila tingkat bunga diperkirakan turun , maka perusahaan akan merubah kas yang dimiliki menjadi saham dengan harapan harga saham akan naik apabila memang semua pemodal berpendapat bahwa suku bunga akan  turun. Sebagai ilustrasi, pada awal 1993 , Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di bursa efek efek Jakarta sekitar 275. Pada september 1993, IHSG mencapai lebi dari 400. Salah satu penyebabnya adalah karena suku bunga deposito pada awal 1993 masih sekitar 18-23% per tahun, sedangkan pada bulan September hanya berkisr antara 11-14%. Keadaan yang sebaliknya akan dilakukan yaitu merubah sekuritas menjadi kas ,apabila suku bunga diperkirakan akan naik . keadaan pada semester pertama tahun 1998 dapat dipergunakan sebagai ilustrasi . pada semester pertama tahun 1998 suku bunga meningkat sangat tinggi sampai diatas 60% (untuk bunga deposito berjangka satu bulan). Akibatnya dapat ditebak , IHSG turun tajam menjadi sekitar 330 , setelah pada awal tahun 1997 mencapai level di atas 600.
            Martin et.al (1991) mengatakan bahwa motif spekulasi merupakan komponen paling kecil dari preferensi perusahaan akan likuiditas . Motif transaksi dan berjaga-jaga merupakan alasan utama mengapa perusahaan memiliki kas.

2.      Model-model manajemen kas
2.1  Model persediaan
Baumol (1952) mengidentifikasikan bahwa kebutuhan akan kas dalam suatu perusahaan mirip dengan pemakaian persediaan. Apabila perusahaan memiliki saldo kas yang tinggi, perusahaan akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan dana tersebut pada kesempatan investasi lain yang lebih menguntungkan . Sebaliknya apabila saldo kas terlalu rendah , kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan likuiditas akan makin besar. Karena itu seharusnya ada penyeimbangan.
Masalah yang sama juga terjadi untuk persediaan . Misalkan suatu toko buku menghadapi permintaan buku Manajemen Keuangan secara konstan setiap waktu. Misalkan permintaan buku tersebut dalam satu tahun adalah 240 satuan, dan toko tersebut memesan Q satuan setiap kali pesan. Dengan demiian frekuensi pesanan dalam satu tahun adalah,
Frekuensi pesanan dalam 1 tahun = penjualan/Q = 240/Q
Persediaan yang dimilik oleh perusahaan akan berkisar dari O sampai dengan Q satuan. Dengan demikian rata-rata persediaan buku tersebut adalah,
Rata-rata persediaan = (Q/2)i satuan
Kalau biaya simpan per satuan per tahun dinyatakan sebagai i maka biaya simpan per tahun yang akan ditanggung perusahaan adalah:
Biaya simpan per tahun = (Q/2)i
Apabila jumlah permintaan buku (yaitu 240 satuan) kita beri notasi D, dan setia kali perusahaan memesan memerlukan biaya sebesar o, maka biaya pemesanan dalam satu tahun adalah:
Y=(Q/2)i + (D/Q)o    (2.1)
Biaya ini yang harus diminimumkan . Untuk persamaan (2.1) tersebut kita direvasikan terhadap Q, dan kita buat sama dengan nol.
(dY/dQ)      = (i/2) – (oD/Q2  = 0
(oD/Q2 )      =(i/2)
iQ2               =2od
Q                 =((2oD)/i)1/2
Yang juga bisa dinyatakan sebagai,
Q-                    (2.2)
                     Pemikiran yang sama bisa diterapkan untuk pengelolaan kas. Misalkan kebutuhan kas setiap periodenya  selalu sama. Dengan demikian apabila pada awal suatu periode jumlah kas = Q , maka sedikit demi sedikit saldo kas akan mencapai nol. Pada saat mencapai nol, perusahaan perlu merubah aktiva lain (misalnya sekuritas) menjadi kas sebesar Q. Pertanyaan yang perlu dijawab disini adalah adalah berapa jumlah sekuritas yang harus dirubah mejadi kas setiap kali diperlukan yang akan meminmumkan biaya karena memiiki kas dan baya karena merubah sekuritas menjadi kas ilustrasi berikut ini mungkin bisa memperjelas permasalahan.
Misalkan kebutuhan kas setiaptahun adalah Rp. 1200 juta dan pemakaiannya per hari konstan . biaya transaksi setiap kali merubah sekuritas menjadi kas adalah Rp. 50.000 . tingkat bunga yang diperoleh karen memiliki sekuritas adalah 12% per tahun. Dengan meggunakan persamaan (1.2), maka bisa dihitung jumlah sekuritas yang harus dirubah menjadi kas setiap kali yaitu:

Q-    = 31,623 juta
                     Ini berarti bahwa perusahaan perlu menjual sekuritas senilai Rp. 31. 623 juta setiap kali saldo kasnya mencapai nol. Dengan cara tersebut perusahaan akan meminimumkan biaya karena kehilangan kesempatan untuk menanamkan dana pada sekuritas dan biaya transaksi. Biaya-biaya tersebut adalah,
(1)   Biaya kehilangan kesempatan = (Rp.31.623 /2)x0,12 = Rp. 1.897 juta
(2)   Biaya transaksi                            = (Rp. 1.200/31.623) x Rp. 50.000 = Rp. 1.897 juta
Total biaya menjadi 2(Rp. 1.897 juta) = Rp. 3.794 juta

2.2  Model Miller dan Orr
                  Miller dan Orr merumuskan model sebagai berikut. Dalam keadaan penggunaan  dan pemasukan kas bersifat acak , perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas bawah saldo kas. Apabila saldo kas mencapai batas atas perusahaan perlu mengubah sejumlah tertentu kas, agar saldo saldo kas kembali ke jumlah yang diinginkan . sebaliknya apabila saldo kas menurun dan mencapai batas bawah, perusahaan perlu menual sekuritas agar saldo kas naik kembai ke jumlah yang diinginkan . secara diagramatis bisa digambarkan sebagai berikut.

Batas atas dalam gambar tersebut ditunjukkan oleh garis h daan batas bawah oleh titik 0. Ini berarti bahwa perusahaan menetapkan jumlah minimal kas mencapai nol baru perusahaan akan merubah (menjual) sekuritas untuk menambahjumlah kas menjadi z (yaitu jumlah kas yang diinginkankan perushaan). Tentu saja perusahaan bisa menentukan batas bahwa tidak harus nol rupiah.
Rumus yang disajikan oleh Miller dan Orr adalah sebagai berikut.

z-( )
                   dalam hal ini : o  = biaya tetap untuk melalkukan transaksi
  = variance arus kas masuk bersih harian (suatu ukuran penyebaran arus kas)
                                     i = bunga harian untuk investasi pada sekuritas
Nilai h yang optimal adalah 3z . Dengan batas pengawasan tersebut model ini meminimumkan biaya keseluruhan dari pengelolaan kas. Rata-rata saldo kas tidak bisa ditentukan terlebih dahulu, tetapi kira-kira akan sebesar (z+h)/3.
Misalkan :
O = Rp. 50.000
= (2,3 juta)2
  = 12% per tahun atau kira-kira (0,12/365) per hari dan batas bawah ditentukan nol rupiah.
Dengan demikian
=  = Rp.8,45 juta.
Nilai batas atas adalah 3( 8,45 juta ) = Rp.25,35 juta. Pada saat saldo kas mencapai Rp. 25,35 juta, perusahaan harus merubah Rp. 16,90 juta menjadi sekuritas agar saldo kas kembali ke Rp. 8,45 juta . Sebaliknya pada saat saldo kas mencapai nol rupiah , perusahaan harus menjual sekuritas senilai Rp 8,45 juta agar saldo kas kembali ke Rp. 8,45 juta.

2.3  Sistem pengumpulan dan pembayaran kas
                  Dalam perekonomian yang pembayaran transaksi dilakukan tidak lagi dengan uang tunai tetapi dengan cheque, timbul situasi dimana pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan tidak segera mengurangi saldo kas , dan penerimaan cheque tidak segera diikuti dengan pembayaran saldo kas. Misalkan kita membayar dengan cheque senilai Rp.100 juta pada tanggal 13 Oktober 1993. Sebelum kita membayar (dan menulis cheque tersebut) , saldo rekening giro kita di bank misalkan Rp.300 juta . Dengan demikian setelah pembayaran tersebut kita mencatat bahwa saldo kita tinggal Rp.200 juta . Tetapi bank kita belum mengurangkan umlah tersebutsmpai cheque tersebut dikliringkan. Dengan demikian bank masih akan mencatat saldo kita sebesar Rp300 juta.  Selisihnya disebut sebagai float .
                  Float tersebut memungkinkan perusahaan menuliskan cheue yang secar keseluruhan jumlahnya lebih besar dari saldo kas (giro) yang dicatat oleh perusahaan. Kalau rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengkliringkan cheque memakan waktu 2 hari , perusahaan bisa sja menuliskan cheque pada suatu hari meskipun saldonya kosong, asalkan 2 hari kemudian bsa mengisi rekeningnya dengan jumlah minima yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang perusahaan melakukan juggling dengan menciptakan float dari beberapa bank tempat perusahaan menjadi kliennya. Artinya perusahaan sengaja menuliskan cheque atas suatu bank, kemudian menyetorkannya pada bank satunya, sehingga tercipta jumlah float yang cukup berarti . Tentu saja cara semacam ini sangat berisiko.
                  Float bisa juga berlaku secara terbalik. Misalkan kita menerima pembayaran dalam bentuk cheque sejumlah Rp.50 juta. Kita setorkan ke bank kita dan kita catat saldo giro kita di bank tersebut bertamah Rp.50 juta . Meskipun demikian bank kita baru menambah saldo rekening kita kalau cheque tersebut telah dikliringkan (karena cheque tersebut bukan cheque tempat kita menjadi nasabah) . Kalau kita gabungkan dengan contoh diatas,maka kita mempunyai Float positif sebesar Rp.100 juta tetapi menanggung Float negatif sebesar Rp. 50 juta. Dengan demikian net Float  kita menjadi Rp. 50 juta.

                  Karena itu sistem pengupulan kas mempunyai tujuan untuk mempercepat pemanfaatan kas. Salah satu cara adalah dengan menggunakan Concentration Banking. Dengan cara ini, perusahaan menetapkan berbaga pusat pengumpulan pada berbagai wilayah, sesuai dengan penyebaran penjualannya, dan tidak hanya satu pusat pengumpulan (di kantor pusat). Dengan demikian, pembeli di wilayah A diminta membayar dengan menyerahkan (mengirimkan) cheque ke suatu bank (yang dipilih oleh perusahaaan) di daerah A. Tidak perlu mengirimkan cheque langsung ke (kantor pusat) perusahaan. Hal ini disebabkan karena pembeli mungkin menulis cheque atas bank tertentu di daerah A yang kalau cheque tersebut kemudian dikirim ke (kantor pusat) perusahaan yang berlokasi sangat jauh dari wilayah A, akan memerlukan waktu yang lebih lama utnuk dikliring dan mungkin juga memakan biaya yang lebih besar. Contoh yang sering kita jumpai adalah penerbit di Inggris meminta pembeli menulis cheque atas bank yang di Inggris , dan dinyatakan dalam poundsterling. Kalau misalkan cheque tersebut akan bank di AS , penerbit di Inggris akan memerlukan waktu yang sangat lama (dan biaya yang sangat mahal) untuk menguangkan cheque tersebut .
                  Apabila perusahaan bisa menggunakan draft , perusahaan bisa menunda pengeluaran kas karena draft tersebut perlu dikonfirmasi oleh perusahaan yang mengeluarkan sebelum bank membayar kepada mereka yang menyerahkan draft tersebut . Selama menunggu konfirmasi tersebut, perusahaan sebenernya menunda pembayaran yang kita lakukan kalau pembayaran gaji dilakukan dengan menggunakan cheque, maka pembayaran pada akhir minggu akan memaksa cheque tersebut baru bisa diuangkan awal minggu depan ini juga merupkan cara untuk menunda pengeluaran kas.

2.4  Portofolio Investasi
                  Misalkan perusahaan saat ini memiliki saldo kas sebesar Rp.60 juta. Diperkirakan (dari anggaran kas yang disusun) Rp. 400jt. Diantaranya baru akan dipergunakan pada tiga bulan yang akan datang. Untuk itu manajer keangan bisa, misalnya, mendepositokan Rp. 400 jt tersebut untuk jangka waktu 3 bulan denga bunga (misal) 12% per tahun. Dengan demikian selama 3 bulan tersebut perusahaan akan memperoleh penghasilan “investasi”nya sebesar
      (0,12/12) x 3 x Rp. 400 juta = Rp. 12,0 juta
                  Kalau misalkan manajer tersebut tidak yakin bahwa dana yang “bebas” selama 3 bulan mendatang akan mencapai sebesar Rp. 400 juta, maka ia bisa memutuskan medepositokan jumlah yang kurang dari Rp. 400 juta. Kalau cara ini ditempuh, maka keuntungan yang diterima tentu akan lebih kecil dari Rp. 12 juta. Cara lain adalah melakukan diversifikasi. Ia bisa menginvestasikan dana sebesar Rp. 400 juta tersebebut pada berbagai jenis saham.
                  Bisa juga dilakukan investasi, misalnya, Rp. 200 juta pada deposito 3 bulan dan Rp. 200 juta pada berbagai jenis saham. Diversifikasi investasi pada berbagai saham dimaksudkan untuk mengurangi brisiko (lihat kembaliBab 4). Kalau ditempuh cara tersebut, maka kombinasi investasi tersebut bisa digambarkan sebagaimana pada Gambar 2.2
                 
                  Esensi pengaturan kas tersebut adalah untuk mengoptialkan pemanfaatan kas. Jumlah saldo kas yang teralu banjak memang baik apabila dipandang dari sisi likuiditas, tetapi tidak menguntungkan apabila dipandang dari aspek profitbiitas. Hal sebaliknya berlaku apabila saldo kas terlalu kecil. Karena itulah pengaturan kas diperlukan.
                  Investasi pada sekuritas dipilih karena sifat mudah dirubahnya investasi tersebut menjadi kas (sangat likuid). Untuk menentukan berapa banyaknya sekuritas yang akan dirubah menjadi kas, bisa dipergunakan model Miller dan Orr. Kalau perusahaan terpaksa menguangkan deposito, biasanya bank akan mengenakan denda kepada perusahaan.

2.3  Pengelolaan Persediaan
Perusahaan memiliki persediaan dengan maksud untuk menjaga kelancaran operasinya. Bagi perusahaan dagang, persediaan barang dagangan memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan pembeli. sedangkan perusahaan indsutri, persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi, sedangkan persediaan barang dalam proses dimaksudkan untuk memnuhi permintaan pasar. Meskipun demikian tidak berarti perusahaan harus menyediakan persediaan sebanyak-banyaknya untuk maksud-maksud tersebut.
Persediaan yang tinggi memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan yang mendadak. Meskipun demikian persediaan yang tinggi menyebabkan perusahaan memerlukan modal kerja yang makin besar pula. Sebenarnya kunci persoalannya adalah pada kata “mendadak”. Apabilah perusahaan mampu memprediksi dengan tepat kebutuhan akan bahan baku (atau barang jadi), perusahaan bisa menyediakan pesediaan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah yang diperlukan. Pada saat tidak diperlukan, jumlah persediaan biasa saja sangat kecil atau bahkan nol. Tehnik ini yang dikenla sebagai just in time atau zero inventory.
Dengan demikian maka masalahnya adalah reliabilitas system informasi dan system pengadaan bahan (atau sisitem produksi), sehingga mampu menekan jumlah persediaan yang pada waktu yang tidak diperlukan, masalah pengelolaan persediaan merupakan contoh lain bahwa keputusan keuangan mungkin dilakukan bukan oleh “bagian keunagan”. System ini biasanya menjadi tanggung jawab bagian produksi dan/atau bagian pembelian. Bagi manajemen keuangan kita perlu memahami dampak pemggunaan suatu kebijakan persediaan terhadap aspek keuangan.
9.1 Beberapa system pengawasan persediaan
Jumlah persediaan dikaitakan dengan variabel tertentu. Cara ini merupakan cara yang sangat sederhana. Misalkan perusahaan menetapan bahwa persediaan barang jadi rata-rata akan sebesar satu bulan penjualan. Dengan demikian apabila penjualan meningkat, rata-rata persediaan juga akan meningkat, demikian pula kalau menurun. Cara lain misalnya mengkaitkan kapan harus memesan kembali dan jumlah yang dipesan dihubungkan dengan kebutuhan selama periode tertentu. Misalkan kebijaksanaan perusahaan adalah memesan bahan baku pada saat jumlah bahan tinggal mencapai dua minggu kebutuhan produksi, dan jumlah yang dipesan sebebesar kebutuhan dua bulan produksi.
Cara-cara yang sederhana tersebut memungkinkan bagian gudang untuk mengajukan permohonan pembelian bahan baku apabia melihat bahwa persediaan telah mencapai batas yang telah ditetapkan. Yang lebih sulit adalah untuk persediaan barang jadi, diperlukan koordinasi antara bagian pemasaran dan bagian produksi, terutama untuk perusahaan yang menghasilkan berbagai jenis produk. Sebab dapat saja terjadi bagian produksi justru memproduksikan jenis barang yang tidak diminta oleh pasar. Sedangkan permintaan produk lain tidak dapat dipenuhi karena persediaannya kosong.
Economic Order Quantity. Salah satu model yang sering kita bicarakan dalam berbagai buku teks adalah model economic order quantity (EOQ). Model ini berdasarkan pada pemikiran yang sama dengan sewaktu kita membicarakan model persediaan pada pengelolaan kas. Pemikirannya adalah bahwa:
(1)   Kalau perusahaan memiliki rata-rata persediaan yang besar untuk jumlah kebutuhan yang sama dalam suatu periode, berarti perusahaan tidak perlu melakukan pembelian terlalu sering. Jadi menghemat biaya pembelian (pemesanan).
(2)   Tetapi kalau perusahaan membeli dalam jumlah besar sehingga bisa menghemat biaya pembelian, perusahaan akan menanggung persediaan dalam jumlah yang besarpula. Berarti menanggung biaya simpan yang terlalu tinggi.
(3)   Karena itu perlu dicari jumlah yang akan membuat biaya persediaan terkecil. Biaya persediaan adalah biaya simapan plus biaya pembelian (pemesanan).

Misalkan kebutuhan bahan baku dalam satu tahun sebesar D tahun. Pemakaian bahan dilakukan secara acak setiap tahun. Perusahaan tersebut memesan Q satuannya setiap kali memesan. Dengan demikian frekuensi pesanan dalam satu tahun adalah,
      Frekuensi pesanan dalam satu tahun = D/Q
Persediaan yang dimilik oleh perusahaan akan berkisar dari O sampai dengan Q satuan. Dengan demikian rata-rata persediaan buku tersebut adalah;
      Rata-rata persediaan = (Q/2) satuan
Kalau biaya simpanan per satuan per tahun dinyatakan sebagai I, maka biaya simpanan pertahun yang akan ditanggung perusahaan adalah;
      Biaya simpanan per tahun = (Q/2)i
Apabila setiap kali perusahaan memesan memerlukan biaya sebesar O, maka biaya pemesanan dalam satu tahun adalah;
      Biaya pemesanan dalam satu tahun = (D/Q) o
Dengan demikian total biaya persediaan dalam satu tahun (kita beri notasi Y) adalah;
      Y = (Q/2) I + (D/Q) o                                                 ……(9.1)
Biaya ini yang harus diminimumkan. Untuk itu persamaan (9.1) tersebut kita derivikasi terhadap Q, dan kita buat sama dengan nol.
      (dY/dQ)          =          (i/2) – (oD/Q2) = O
      (oD/Q2)                       =          (i/2)
      iQ2                         =          2oD
      Q                     =          [(2oD)/i)]1/2
                       
Yang juga bias dinyatakan sebagai,
      Q         =          √                                                      ……(9.2)



Misalkan bahwa kebutuhan bahan baku dalam satu tahun sebesar 240.000  satuan, dengan harga Rp. 2.000 per satuan. Kebiasaan perusahaan adalah melakukan pembelian setiap bulan sekali. Biaya simpan (termasuk biaya modal) berikisar 25% per tahun, sedangkan biaya setiap kali memesan sebesar Rp. 150.000,-. Berdasarkan kebiasaan tersebut, maka biaya persediaannya adalah sebagi berikut:
Jumlah yang dipesan setiap bulan                   =          240.000/12
                                                                              =          20.000 satuan
Nilai rata-rata persediaan                                =          (2
                                                                              =          Rp. 20.000.000,-
Biaya simpanan dalam satu tahun                   =          Rp. 20.000.000                                                                                                      =          Rp. 5.000.000
Biaya pesan dalam satu tahun                         =          Rp. 150.000
                                                                              =          Rp. 1. 800.000
      Total biaya persediaan                        =          Rp. 5.000.000 + Rp. 1. 800.000
                                                                              =          Rp. 6.800.000
Dengan menerapkan model EOQ, perusahaan akan dapat menekan biaya persediaanya. Penerapan rumus EOQ menghasilkan jumlah pembeian sebagai berikut,
                                        
Dengan demikian maka :
      Biaya pesan                                         =          (240.000/12.000)
                                                                  =          Rp. 3.000.000
Biaya simapan                                     =          [(12.000                                                                                  =          Rp. 3.000.000
Total biaya persediaan             =          Rp. 3.000.000 + Rp. 3.000.000
                                                                  =          Rp. 6.000.000,-
Yang berarti perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp. 800.000,- dalam satu tahun.

Apabila waktu yang diperlukan sejak saat bahan dipesan sampai dengan bahan sampai diperusahaan adalah selam setengah bulan (disebut sebagai lend time), maka perusahaan harus memesan pada saat bahan baku mencapai D/24. Tingkat persediaan ini disebut sebagai titik pemesanan kembali (reorder point).

Dalam contoh yang kita pergunakan berarti titik pesan kembalinya adalah,
      240.000/24      =          10.000 unit
Jadi pada waktu jumlah bahan baku telah mencapai 10.000 unit, perusaaan akan melakukan pemesanan kembali.
Untuk berjaga-jaga terhadap ketidak pastian, baik dalam hal penggunaan maupun dalam hal lead time. Perusahaan mungkin menetapkan perlunya persediaan keamanan (safety stock). Sebab mungkin terjadi bahwa selam lead time penggunaan bahan meningkat, atau pengiriman bahan mengalami keterlambatan. Misalkan teryata pengiriman mengalami keterlambatan, bukannya setengah bulan tetapi mencapai satu bulan. Dengan demikian apabila perusahaan tidak memiliki safety stock  perusahaan akan kehabisan bahan (stockout) sebanyak 10.000 unit.
Penentuan besarnya persediaan keamanan bisa dilakukan dengan membandingkan biaya kerugian yang diharapkan kalau perusahaan kehabisan persediaan (expected loss pada saat perusahaan mengalami stockout) dengan tambahan biaya memeliki safety stock yang lebih besar. Cara ini memerlukan estimasi tentang stockout costs dan probabilitas kehabisan bahan.
Cara yang lain adalah dengan menentukan berapa probabilitas kehabisan bahan yang bisa diterima oleh perusahaan. Semakin kecil probabilitas semakin besar safety stocks ditentukan. Pengalaman biasanya dipergunakan sebagai dasar penentuan safety stock  ini.
Sekarang misalkan perusahaan menentukan safety stock sebanyak 150 unit. Apa yang terjadi dengan rata-rata persediaan? Sebelum perusahaan menentukan safety stocks perkembangan jumlah bahan baku ditujukkan pada Gambar 9.1
      Gambar 9.1.   Perkembangan persediaan bahan baku sewaktu tidak memiliki safety stock

Pada saat tidak mendapat safety stocks maka jumlah persediaam maksimal adalah 400 unit, dengan minimal nol unit. Karena itu rata-rata persediaan adalah 200 unit. Selama satu tahun terdapat 9 “segitiga”, karena dilakukan 9x pembelian selama satu tahun tersebut. Recorder point dilakukan pada titik 150 unit.
Pada saat ditentukan persediaan keamanan sebanyak 150 unit, maka perkembangan persediaan bahan baku akan Nampak seperti pada Gambar 9.2
      Gambar 9.2.   Perkembangan persediaan bahan baku dengan safety stock sebanyak 150 unit
Perhatikan bahwa dengan adanya persediaan keamanan sebanyak 150 unit akan membuat persediaan maksimum mencapai 550 unit, dan minimum 150 unit. Dengan demikian rata-rata persediaan adalah 350 unit. Meskipun demikian frekuensi pembelian selama satu tahun tetap tidak mengalami perubahan, yaitu 9x. Hanya saja sekarang reorder point dilakukan pada saat persediaan mencapai 300 unit.
Masalah yang perlu diperhatikan dalam penerapan model tersebut adalah pada asumsi-asumsi yang mendasarinya. Sebagai misal model tersebut menggunakan asumsi harga bahan baku konstan. Bisa terjadi pada saat diperkirakan akan terjadi kenaikan bahan baku, perusahaan sengaja membeli dalam jumlah besar. Demikian juga kadang-kadang perusahaan melakukan pembelian diatas jumlah yang paling ekonomis (atau melanggar kebijakan yang biasa dianut) dengan maksud untuk memproleh quantity discount.
Untuk ilustrasi, misalkan perusahaan di atas memproleh tawaran quantity discount sebesar 2% apabila perusahaan membeli dalam jumlah minimal 1.000 unit setiap kali pembelian. Apabila perusahaan memanfaatkan discount ini, maka biaya yang dapat dihemat adalah,
      2%      =          Rp. 3.600.000
Tetapi sebagai akibatnya biaya persediaan akan naik apabila dibandingkan denagn biaya persediaan dengan menggunakan EOQ. Biaya persediaan akan sebesar,
Biaya pesan                       =          3,6                   =          Rp.      720.000,-
Biaya simpan         =          (1000/2)           =          Rp.     4.500.000,-
Biaya persediaan   =                                                                      =          Rp.     5. 220.000,-

Dengan demikian tambahan biaya persediaan adalah
      Rp. 5.220.000 – Rp. 3.600.000                       =          Rp. 1.620.000
Karena tambahan biaya masih lebih kecil dibandingkan dengan diskon yang dinikmati, maka perusahaan sebaiknya memanfaatkan tawaran quantity discount tersebut. Dengan demikian perusahaan tidak akan membeli dalam jumlah sesuai dengan rumus EOQ.

9.2.                        Kaitan pengelolaan persediaan dengan manajemen keuangan
Apabila perusahaan mengelola persediaan dengan dikaitkan pada factor tertentu (misal produksi atau penjualan), sangat boleh jadi bahwa jumlah persediaan akan proporsional dengan factor tersebut. Sebagai misal perusahaan menetukan bahwa persediaan barang jadi sebesar setengah bulan penjuaan. Dengan demikian apabila penjualan dalam satu tahun sebesar Rp. 48.000 juta, maka persedian akan sebesar Rp. 48.000/ 24 = Rp. 2.000 juta. Apabila penjualan meningkat menjadi Rp. 60.000 juta (naik 25%), maka persediaan akan naik menjadi Rp. 60.000 juta/ 24 = Rp. 2.500 juta (juga naik 25% ).
Dalam keadaan semacam ini masuk akal kalau manajer keuangan menggunakan metode sales percentage untuk merencanakan keunagan, atau menggunakan data tahun lalu sebagai dasar perbandingan rasio perputaran persediaan.

Kalau kita menggunakan contoh yang sama dengan contoh diatas maka seandainya perusahaan menerapkan model EOQ tanpa persediaan keamanan, maka perputaran persediaan bahan baku adalah,
      Pemakaian bahan/ rata-rata persediaan           =          180 juta/ 10 juta
                                                                              =          18x
Sekarang misalkan pemakaian bahan meningkat 25% menjadi 4.500 unit dalam satu tahun. Perhitungan EOQ akan berubah menjadi,
      Q         =          [(2 x 4.500 x Rp. 200.000)/ (0,18)(Rp. 50.000)] ½
                  =          447
Dengan demikian nilai rata-rata persediaan adalah,
      (447 x Rp. 50.000)/ 2              =          Rp. 11,175 juta

Yang berarti perputaran persediaan bahan baku menjadi,
      (4.500 x Rp. 50.000)/ Rp. 11,175 juta            =          20,13x
Dengan demikian apaila dibandingkan dengan periode sebelumnya, perputaran persediaan Nampak meningkat. Hal ini mungkin ditafsirkan membaiknya manajemen persediaan. Padahal sebenarnya kebijaksanaan yang diterapkan sama saja. Yaitu menerapkan EOQ.
Phenomena sebaliknya akan muncul apabila pemakaian bahan berkurang. Artinya, perputaran persediaan bahan baku akan menurun apabila diterapkan  model EOQ dan terjadi penurunan rasio-rasio keuangan sebagai ukuran kinerja manajemen perlu berhati-hati, dan pemahaman terhadap kebijaksaan perusahaan perlu dilakukan agar tidak menjadi kesalahan penafsiran.
                 






BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                Modal kerja merupakan aspek penting dalam manajemen pembelanjaan perusahaan. Apabila perusahaaan tidak dapat mempertahankan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka kemungkinan perusahaan berada dalam keadaan ”insolvent” (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi atau bangkrut. Dalam perusahaan atau badan usaha salah satu peranan modal kerja adalah menjamin kontinuitas perusahaan yang menyangkut penggunaan modal, sehingga dapat menentukan modal kerja yang cukup. Perusahaan dihadapkan pada masalah seberapa besar tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan modal kerja yang harus dikelola perusahaan.
            Dalam analisis penggunaan dana tidak terlepas dari laporan keuangan, karena neraca terdiri dari aktiva dan passiva yang mencerminkan hasil keputusan pendanaan. Sedangkan perhitungan laba rugi dapat dilihat dari seberapa efektifnya penggunaan aktiva yang mendukung penjualan dan seberapa efisien laba yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan imbalan kepada para pemilik dana dan sebagai sumber dana untuk investasi. Sehingga dengan menganalisis efisiensi dan efektivitas penggunaan dana akan diketahui bagaimana kebijaksanaan yang ditempuh oleh pimpinan perusahaan dalam mengoperasikan dana yang ada dan dapat diketahui efisiensi dari dana yang dioperasikan.
Jika dilihat di Neraca perusahaan, yang masuk dalam kelompok modal kerja adalah: semua jenis aktiva lancar—mulai dari kas, piutang dagang, hingga persediaan barang. Perhatikan contoh neraca sederhana di bawah ini:
Sekalilagi yang merupakan elemen modal kerja meliputi: Kas, Piutang, Surat Berharga, dan persediaan barang dagangan. Keempat akun ini memiliki perputaran yang pendek—yang jika salah kelola (mismanaged), bukan saja mengganggu operasional perusahaan tetapi juga bisa bikin bangkrut. Sebaliknya jika dikelola secara efektif, minimal bisa membuat opersional perusahaan berjalan mulus. Lebih bagus lagi jika dapat menciptakan peluang untuk memperoleh keuntungan.








DAFTAR PUSTAKA

http://edutekinfo.blogspot.com/2012/03/manajemen-modal-kerja.html
http://mbegedut.blogspot.com/2012/09/pos-kelompok-kebijakan-dalam-aktiva-lancar.html


4 komentar:

  1. terimakasih, sangat membantu sekali

    BalasHapus
  2. Saya Widya Okta, saya ingin memberi kesaksian tentang karya bagus Tuhan dalam hidup saya kepada orang-orang saya yang mencari pinjaman di Asia dan sebagian lain dari kata tersebut, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara. Apakah mereka mencari pinjaman di antara kamu? Maka Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman yang curang di sini di internet, tapi mereka tetap asli sekali di perusahaan pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban penipuan pemberi pinjaman 6-kredit, saya kehilangan banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka.

    Saya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari hutang saya sendiri, sebelum saya dibebaskan dari penjara dan teman saya yang saya jelaskan situasi saya, kemudian mengenalkan saya ke perusahaan pinjaman yang andal yaitu SANDRAOVIALOANFIRM. Saya mendapat pinjaman saya sebesar Rp900.000.000 dari SANDRAOVIALOANFIRM dengan tarif rendah 2% dalam 24 jam yang saya gunakan tanpa tekanan atau tekanan. Jika Anda membutuhkan pinjaman Anda dapat menghubungi dia melalui email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)

    Jika Anda memerlukan bantuan dalam melakukan proses pinjaman, Anda juga bisa menghubungi saya melalui email: (widyaokta750@gmail.com) dan beberapa orang lain yang juga mendapatkan pinjaman mereka Mrs. Jelli Mira, email: (jellimira750@gmail.com). Yang saya lakukan adalah memastikan saya tidak pernah terpenuhi dalam pembayaran cicilan bulanan sesuai kesepakatan dengan perusahaan pinjaman.

    Jadi saya memutuskan untuk membagikan karya bagus Tuhan melalui SANDRAOVIALOANFIRM, karena dia mengubah hidup saya dan keluarga saya. Itulah alasan Tuhan Yang Mahakuasa akan selalu memberkatinya.

    BalasHapus
  3. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.

    Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.

    BalasHapus
  4. Halo,
    Ini untuk memberi tahu masyarakat bahwa Nyonya Charity White, pemberi pinjaman swasta memiliki kesempatan finansial untuk semua orang yang membutuhkan bantuan keuangan, membayar tagihan, untuk berinvestasi dalam bisnis baru atau untuk meningkatkan bisnis Anda. Kami memberikan pinjaman dengan bunga sebesar 2% kepada perusahaan dan perorangan. Ini tidak memerlukan banyak dokumen, juga syarat dan ketentuan yang jelas dan peka. Hubungi kami via e-mail: (charitywhitefinancialfirm@gmail.com) Kami akan memberikan layanan terbaik kami.

    BalasHapus