BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perusahaan merupakan lembaga ekonomi yang bertujuan
menghasilkan barang dan jasa melalui penggunaan sumber-sumber ekonomi secara
efektif dan efisien. Setiap perusahaan yang menjalankan usaha selalu
membutuhkan modal kerja. Modal kerja itu antara lain digunakan untuk pembelian
bahan baku, aktiva tetap, pembayaran gaji karyawan dan pembayaran biaya-biaya
lainnya.
Manajemen modal kerja yang efektif dan efisien menjadi
sangat penting untuk pertumbuhan dan kelangsungan perusahaan dalam jangka
panjang. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja maka besar kemungkinannya
perusahaan tersebut akan kehilangan pendapatan dan keuntungan. Perusahaan yang
tidak memiliki modal kerja yang cukup tetapi tidak dapat membayar kewajiban jangka
pendek pada waktunya maka akan menghadapi masalah likuiditas.
Dalam menyusun dan menyempurnakan makalah ini penyusun
mencoba untuk menyampaikan bahwa modal kerja memiliki arti penting dalam
pengaturan jasa-jasa monopoli yang di beriakan oleh perusahaan-perusahaan.
sehingga pembaca dapat mengambil manfaat yang terkandung dalam makalah ini.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1
Modal Kerja
A. Pengertian Modal Kerja
Bambang Riyanto (2007 : 20) menyatakan bahwa
“pengertian modal kerja dimaksudkan sebagai jumlah keseluruhan aktiva lancar.”
Pengertian tersebut sama dengan pengertian modal kerja yang dinyatakan oleh
Susan Irawati (2006 : 89) bahwa “modal kerja merupakan investasi perusahaan
dalam bentuk aktiva lancar atau current assets.”
Sementara itu menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland – Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat- surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar
Sementara itu menurut J. Fred Weston dan Thomas E. Copeland – Modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat- surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar
B. Konsep
Modal Kerja
Riyanto (2001:57-58) mengemukakan konsep modal kerja yang biasa digunakan untuk analisis, yaitu:
1. Modal Kerja Kuantitatif.
Riyanto (2001:57-58) mengemukakan konsep modal kerja yang biasa digunakan untuk analisis, yaitu:
1. Modal Kerja Kuantitatif.
Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana
yang tertanam dalam aktiva yang masa perputarannya kurang satu tahun. Modal
kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan elemen aktiva lancar. Oleh karena
semua elemen aktiva lancar diperhitungkan sebagai modal kerja tanpa
memperhatikan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, maka modal kerja ini sering
disebut modal kerja bruto atau gross working capital.
2. Modal Kerja Kualitatif.
Pada konsep ini, modal kerja bukan semua aktiva lancar
tetapi telah mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar.
Dengan demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh
pembayaran-pembayaran hutang yang segera jatuh tempo.
3. Modal Kerja Fungsional.
Konsep ini lebih menitik beratkan pada fungsi dana
dalam menghasilkan penghasilan langsung atau current income. Dan pengertian
modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan oleh perusahaan untuk
menghasilkan current income sesuai dengan tujuan didirikannya perusahaan pada
satu periode tertentu.
C. Jenis-Jenis Modal Kerja
A. W. Taylor (Dalam Riyanto, 2001:60-61) menyatakan bahwa modal kerja bisa dikelompokkan ke dalam dua jenis sebagai berikut:
1. Modal Kerja Permanen
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam yakni:
a. Modal Kerja Primer. Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.
b. Modal Kerja Normal. Merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bias beroperasi dengan tingkat produksi normal.
C. Jenis-Jenis Modal Kerja
A. W. Taylor (Dalam Riyanto, 2001:60-61) menyatakan bahwa modal kerja bisa dikelompokkan ke dalam dua jenis sebagai berikut:
1. Modal Kerja Permanen
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam yakni:
a. Modal Kerja Primer. Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.
b. Modal Kerja Normal. Merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bias beroperasi dengan tingkat produksi normal.
2. Modal Kerja Variabel
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan atau berfluktuasi berdasarkan volume produksi atau penjualan. Modal kerja variabel terdiri dari:
a. Modal Kerja Musiman. Merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan, misalnya perusahaan biscuit harus menyediakan modal kerja lebih besar pada saat musim hari raya.
b. Modal Kerja Siklus. Adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi konjungfur.
c. Modal Kerja Darurat. Modal kerja ini jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan- keadaan yang terjadi diluar kemampuan perusahaan. Sebuah usaha akan sehat apabila posisi modal kerjanya stabil, artinya dari dua jenis modal kerja di atas tersedia.
Kebutuhan modal kerja dari waktu ke waktu dalam satu periode belum tentu sama. Hal ini disebabkan oleh berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Perubahan itu sendiri kemungkinan disebabkan adanya permintaan yang tidak sama dari waktu ke waktu. Oleh karena itu kebutuhan modal kerja juga mengalami perubahan.
D. Komponen Modal Kerja
Modal kerja yang dibahas disini adalah modal kerja dalam konsep kualitatif, yaitu modal kerja neto (net working capital) yang merupakan kelebihan antara aktiva lancar di atas utang lancarnya.
Komponen modal kerja mencakup aktiva lancar dan utang lancar, yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Aktiva Lancar.
Munawir (2004:14) menyatakan pengertian aktiva lancar sebagai berikut: Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang normal. Yang termasuk aktiva lancar adalah:
a) Kas (Cash).
Uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan
untuk membiayai operasi perusahaan. Uang tunai dan alat pembayaran itu terdiri
dari uang logam, uang kertas, cek, dan lain-lain. Kas merupakan bentuk aktiva
yang paling likuid yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban
financial perusahaan, karena sifat likuidnya tersebut kas memberikan keuntungan
yang paling rendah.
b) Investasi Jangka Pendek (Temporary Investment).
b) Investasi Jangka Pendek (Temporary Investment).
Obligasi pemerintah, obligasi perusahaan indusri, dan
surat-surat utang sejenis, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk dijual
kembali dikenal sebagai investasi jangka pendek. Surat-surat berharga yang
dibeli sebagai investasi jangka pendek dari dana-dana yang sementara belum
digunakan, dan bila surat-surat berharga tersebut dapat segera dijual, maka
dapat dianggap sebagai aktiva lancar. Surat-surat berharga tersebut dimiliki
untuk jangka pendek dengan maksud untuk diperjualbelikan (trading securities).
Jenis dari investasi jangka pendek ini adalah efek (marketable
securities).
c) Wesel Tagih (Notes Receivable).
c) Wesel Tagih (Notes Receivable).
Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan
dalam suatu promes. Promes tagih adalah promes yang ditandatangani untuk membayar
sejumlah uang dalam waktu tertentu yang akan datang kepada seseorang atau suatu
perusahaan yang tercantum dalam surat perjanjian tersebut (nama perusahaan yang
memegang surat tersebut).
d) Piutang Dagang (Accounts Receivable).
d) Piutang Dagang (Accounts Receivable).
Piutang dagang meliputi keseluruhan tagihan atas
langganan perseorangan yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa
secara kredit. Kebijakan penjualan kredit sengaja dilakukan untuk
memperluas pasar dan memperbesar hasil penjualan. Dengan kebijakan penjualan
kredit ini juga akan menimbulkan resiko bagi perusahaan akan tidak dapat
ditagihnya sebagian atau bahkan mungkin seluruh dari piutang tersebut.
e) Penghasilan Yang Akan Masih Diterima (Account Receivable).
e) Penghasilan Yang Akan Masih Diterima (Account Receivable).
Penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena
telah memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain, tetapi pembayarannya belum
diterima sehingga merupakan tagihan.
f) Persediaan Barang (Inventories).
f) Persediaan Barang (Inventories).
Barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang
masih ada di tangan pada saat penyusunan neraca. Untuk perusahaan industri yang
mengolah bahan dasar menjadi barang jadi, mempunyai tiga persediaan yakni
persediaan bahan dasar atau bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan
persediaan barang jadi.
g) Biaya Yang dibayar dimuka ( Prepaid Expense).
g) Biaya Yang dibayar dimuka ( Prepaid Expense).
Pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain,
tetapi pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain yang
belum dinikmati oleh perusahaan pada periode yang sedang berjalan. Contohnya
yaitu biaya sewa yang dibayar di muka dan biaya iklan yang dibayar di muka.
2. Hutang Lancar
Munawir (2004:18) mengemukakan pengertian hutang lancar sebagai berikut: Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancer yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar merupakan kewajiban perusahaan kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, atau utang yang jatuh temponya masuk siklus akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk hutang lancar adalah sebagai berikut:
a) Wesel Bayar (Notes Payable) Wesel bayar adalah promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah uang atau perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan datang yang ditetapkan (utang wesel). Promes dapat diberikan kepada bank ketika perusahaan meminjam uang atau kepada kreditur untuk pembelian barang dagangan secara kredit.
b) Hutang Dagang (Account Payable) Hutang Dagang Adalah semua pinjaman yang timbul karena pembelian barang-barang dagangan atau jasa secara kredit. Pinjaman tersebut akan dikembalikan dalam waktu satu tahun atau kurang (jangka waktu operasi perusahaan yang normal).
c) Penghasilan Yang Ditangguhkan (Differed Revenue) Penghasilan yang diterima terlebih dahulu merupakan penghasilan yang sebenarnya yang belum menjadi hak perusahaan. Pihak lain telah menyerahkan uang terlebih dahulu kepada perusahaan sebelum perusahaan menyerahkan barang atau jasanya (perusahaan berkewajiban untuk memenuhinya). Penghasilan baru direalisasi bila jasa-jasa telah dipenuhi atau transaksi penjualan telah selesai.
d) Hutang Dividen (Divident Payable) Hutang dividen merupakan bagian laba perusahaan yang diberikan sebagai deviden kapada pemegang saham, tetapi belum dibayarkan ketika neraca disusun. Hutang Pajak (Tax Payable) Beban pajak perseroan yang belum dibayarkan pada waktu neraca disusun.Kewajiban Yang Masih Harus Dipenuhi (Accrual Payables) Kewajiban yang timbul karena jasa-jasa yang diberikan kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi pembayarannya belum dilakukan.Misalnya: upah, bunga, sewa, pensiun dan lain-lain.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah, karena modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Munawir (2004:117) menyatakan bahwa besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut:
1) Sifat atau tipe dari perusahaan
2) Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut.
3) Syarat pembelian bahan atau barang dagangan
4) Syarat penjualan
5) Tingkat perputaran persediaan.
F. Pentingnya Modal Kerja Yang Cukup
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan. Misalnya dapat menutup kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keuangan perusahaan.
Menurut Munawir (2004:116) manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut :
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki kredit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak dapat diduga seperti kebakaran, pencurian dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi denan lebih efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku biasa dan supply yang dibutuhkan.
8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam posisi resesi atau depresi.
Di luar kondisi diatas, yakni adanya modal kerja yang berlebihan dan terjadinya kekurangan modal kerja, keduanya merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. Modal kerja yang berlebihan menunjukkan pengelolaan dana yang tidak efektif disamping akan menimbulkan keburukan- keburukan seperti, dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan, investasi- investasi pada cabang yang tidak diinginkan dan kerugian bunga karena saldo bank yamg tidak digunak
G. Sumber Modal Kerja
Modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh perusahaan atau para pemegang saham. Semakin besar jumlah modal kerja yang dibiayai atau berasal dari investasi pemilik perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek.
Munawir (2004:120) menyatakan bahwa pada umumnya modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:
1. Hasil Operasi Perusahaan Adalah jumlah net income yang tampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari operasi perusahaan.
2. Keuntungan Dari Penjualan Surat-Surat Berharga (Investasi Jangka Pendek). Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat-surat berharga ini mengakibatkan perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga menjadi uang kas.
3. Penjualan Aktiva Tidak Lancer.Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil dari penjualan aktiva tetap. Investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar jumlah penjualan tersebut.
4. Penjualan Saham Atau Obligasi. Untuk menambah dana atau modal kerja yang diperlukan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan juga dapat mengeluarkan obligasi atau bentuk utang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekuensi bahwa perusahaan harus membayar bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan utang dalam bentuk obligasi harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.
H. Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung dari dua faktor :
1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya barang di simpan digudang, jangka waktu penerimaan piutang.
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari utk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.
I. Manfaat Manajemen Modal Kerja
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen.
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
g. Laporan modal kerja akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja.
J. Laporan Modal Kerja
Laporan perubahan modal kerja merupakan ringkasan tentang hasil-hasil aktivitas keuangan suatu perusahaan dalam satu periode tertentu dan menyajikan sebab-sebab perubahan-peubahan posisi keuangan perusahaan tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja adalah sebagai berikut.
1. Sifat umum atau tipe perusahaan (Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility) relatif rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadikan relatif cepat)
2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang. Jumlah modal kerja bukan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal kerja.
3. Syarat pembelian dan penjualan (Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil
kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar).
4. Tingkat perputaran persediaan (Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah.)
5. Tingkat perputaran piutang ( Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas.)
K. Pengelolaan Modal Kerja
Pengelolaan modal kerja dipengaruhi oleh elemen-elemen dalam modal kerja diantaranya yaitu:
a) Kas Merupakan bentuk aktiva yang paling likuid yang bisa digunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan dapat memenuhi kewajiban finansialnya, tapi apabila kas yang besar tidak di imbangi dengan kenaikan penjualan maka tingkat perputaran akan menjadi rendah sehingga penggunaan kas menjadi tidak efektif.
b) Piutang Merupakan penjualan secara kredit yang bertujuan untuk meningkatkan atau untuk mencegah penurunan penjualan. Piutang yang terlalu besar mengakibatkan perusahaan akan menanggung beban modal yang besar.
c) Persediaan Dalam hal ini, maka perusahaan akan menanggung biaya penyimpanan, biaya asuransi dan biaya lain-lain yang semua itu akan memperkecil tingkat keuntungan.
d) Hutang Lancar Merupakan cash outflows yang terdiri dari hutang-hutang jangka pendek seperti hutang wesel, hutang perniagaan dan hutang-hutang pada bank lainnya yang berusia kurang dari 1 tahun.
L.
Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja
Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung dr 2 faktor :
a) Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya barang di simpan digudang, jika waktu penerimaan piutang
b) Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari untuk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.
Modal Kerja makin besar, jika :
ü Jumlah pengeluaran kas setiap tetap, periode perputaran lama
ü Periode perputaran tetap, jumlah pengeluaran kas besar
Contoh:
PT “ABC” memproduksi produk Z, setiap harinya sebanyak 100 unit. Dalam satu bulan perusahaan bekerja selama 25 hari. Unsur biaya yang dibebankan untuk setiap unit produk adalah sbb:
a. Bahan Mentah A seharga Rp 500
b. Bahan Mentah B seharga Rp 200
c. Tenaga Kerja Langsung Rp 400
Biaya administrasi setiap bulan Rp 1.250.000. Gaji pimpinan perusahaan setiap bulan Rp 2.000.000. Uutuk membeli bahan mentah A perusahaan harus memberikan uang muka kepada supplier bahan mentah tsb rata-rata 5 hr sebelum bahan mentah diterima. Waktu yang diperlukan untuk membuat barang tersebut 5 hari, dan selanjutnya atas pertimbangan kualitas barang masih harus tersimpan digudang 2 hari. Penjualan dilakukan dengan kredit dengan syarat pembayaran 10 hari sesudah barang diambil. Pimpinan menetapkan persediaan besi Rp 2.000.000. Berapa besarnya kebutuhan Modal Kerja yang diperlukan perusahaan tersebut untuk membiayai membiayai operasi perusahaan secara Kontinyu?
Jawab:
Periode perputaran
• Bahan mentah A
a. Dana yang terikat dalam persekot bahan 5 hari
b. Proses produksi 5 hari
c. Barang jadi 2 hari
d. Piutang dagang 10 hari
• Bahan mentah B, tenaga kerja langsung, biaya administrasi, gaji pimpinan
a. Proses produksi 5 hari
b. Barang jadi 2 hari
c. Piutang dagang 10 hari
Kebutuhan dana yang akan ditanamkan dalam unsur modal kerja tersebut adalah:
a. Bahan mentah A = 100 unit x Rp.500 x 22 hari = Rp. 1.100.000
b. Bahan mentah B = 100 unit x Rp. 200 x 17 hari = Rp. 340.000
c. T kerja langsung = 100 unit x Rp. 400 x 17 hari = Rp. 680.000
---------- +
JUMLAH Rp. 2.120.000
Biaya administrasi dan gaji pimpinan :
a. Jumlah biaya selama 1 bulan Rp. 3.250.000
b. Jumlah biaya produksi selama 1 bulan (25 hari ) = 25 x 100 unit = 2500 unit
c. Biaya per unit = Rp. Rp. 3.250.000 / 2500 unit = Rp. 1300
d. Biaya per hari 100 unit x Rp. 1300 = Rp. 1.300.000
Dana yang diperlukan untuk biaya selama periode perputaran
= Rp. 1.300.000 x 17 hari = Rp. 22.100.000
Persediaan kas minimal = Rp. 2.000.000
------------ +
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan = Rp. 26.220.000
Besar Kecilnya Modal Kerja tergantung dr 2 faktor :
a) Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja
Merupakan keseluruhan atau jumlah dari periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamamya proses produksi, lamanya barang di simpan digudang, jika waktu penerimaan piutang
b) Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Merupakan jumlah pengeluaran kas rata-rata setiap hari untuk keperluan bahan mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh, dan lain-lain.
Modal Kerja makin besar, jika :
ü Jumlah pengeluaran kas setiap tetap, periode perputaran lama
ü Periode perputaran tetap, jumlah pengeluaran kas besar
Contoh:
PT “ABC” memproduksi produk Z, setiap harinya sebanyak 100 unit. Dalam satu bulan perusahaan bekerja selama 25 hari. Unsur biaya yang dibebankan untuk setiap unit produk adalah sbb:
a. Bahan Mentah A seharga Rp 500
b. Bahan Mentah B seharga Rp 200
c. Tenaga Kerja Langsung Rp 400
Biaya administrasi setiap bulan Rp 1.250.000. Gaji pimpinan perusahaan setiap bulan Rp 2.000.000. Uutuk membeli bahan mentah A perusahaan harus memberikan uang muka kepada supplier bahan mentah tsb rata-rata 5 hr sebelum bahan mentah diterima. Waktu yang diperlukan untuk membuat barang tersebut 5 hari, dan selanjutnya atas pertimbangan kualitas barang masih harus tersimpan digudang 2 hari. Penjualan dilakukan dengan kredit dengan syarat pembayaran 10 hari sesudah barang diambil. Pimpinan menetapkan persediaan besi Rp 2.000.000. Berapa besarnya kebutuhan Modal Kerja yang diperlukan perusahaan tersebut untuk membiayai membiayai operasi perusahaan secara Kontinyu?
Jawab:
Periode perputaran
• Bahan mentah A
a. Dana yang terikat dalam persekot bahan 5 hari
b. Proses produksi 5 hari
c. Barang jadi 2 hari
d. Piutang dagang 10 hari
• Bahan mentah B, tenaga kerja langsung, biaya administrasi, gaji pimpinan
a. Proses produksi 5 hari
b. Barang jadi 2 hari
c. Piutang dagang 10 hari
Kebutuhan dana yang akan ditanamkan dalam unsur modal kerja tersebut adalah:
a. Bahan mentah A = 100 unit x Rp.500 x 22 hari = Rp. 1.100.000
b. Bahan mentah B = 100 unit x Rp. 200 x 17 hari = Rp. 340.000
c. T kerja langsung = 100 unit x Rp. 400 x 17 hari = Rp. 680.000
---------- +
JUMLAH Rp. 2.120.000
Biaya administrasi dan gaji pimpinan :
a. Jumlah biaya selama 1 bulan Rp. 3.250.000
b. Jumlah biaya produksi selama 1 bulan (25 hari ) = 25 x 100 unit = 2500 unit
c. Biaya per unit = Rp. Rp. 3.250.000 / 2500 unit = Rp. 1300
d. Biaya per hari 100 unit x Rp. 1300 = Rp. 1.300.000
Dana yang diperlukan untuk biaya selama periode perputaran
= Rp. 1.300.000 x 17 hari = Rp. 22.100.000
Persediaan kas minimal = Rp. 2.000.000
------------ +
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan = Rp. 26.220.000
2.1
Pengelolaan Kas
Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid , yang bisa dipergunakan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan . karena sifat likuidnya tersebut , kas memberikan keuntungan yang paling rendah. Kalau perusahaan menyimpan kas di bank dalam bentuk rekening giro, maka jasa giro yang diterima oleh perusahaan persentasenya akan lebih rendah dari pada kalau disimpan dalam bentuk deposito berjangka (yang tidak setiap saat bisa diuangkan). Karena itu masalah utama bagi pengelolaan kas adalah menyediakan kas yang memadai tidak terlalu banyak (agar keuntungan tidak berkurang terlalu besar) tetapi tidak terlalu sedikit (sehingga akan menganggu likuiditas perusahaan).
1. Motif
memiliki kas
John
Maynard Keynes menyatakan bahwa ada tiga
motif untuk memiliki kas, yaitu : (1) Motif Transaksi
Motif Transaksi berarti perusahaan
menyediakan kas untuk membayar berbagai transaksi bisnisnya. Baik transaksi
reguler maupun yang tidak reguler.
(2)
Motif Berjaga-jaga
Motif Berjaga-jaga dimaksudkan untuk
mempertahankan saldo kas guna memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak
terduga. Seandainya semua pengeluaran dan pemasukan kas bisa diprediksi dengan
sangat akurat, maka saldo kas untuk maksud berjaga-jaga akan sangat rendah.
Selain akurasi prediksi kas, apabila perusahaan mempunyai akses kuat ke sumber
dana eksternal , saldo kas ini juga akan rendah. Motif Berjaga-jaga ini nampak
dala kebijakan penentuan saldo kas minimal dalam penyusunan anggaran kas.
(3)
Motif Spekulasi
Motif Spekulasi dimaksudkan untuk
memperoleh keuntungan dari memiliki atau menginvestasikan kas dalam bentuk investasi yang sangat
likuid. Biasana jenis investasi yang dipilih adalah investasi pada sekuritas.
Apabila tingkat bunga diperkirakan turun , maka perusahaan akan merubah kas
yang dimiliki menjadi saham dengan harapan harga saham akan naik apabila memang
semua pemodal berpendapat bahwa suku bunga akan
turun. Sebagai ilustrasi, pada awal 1993 , Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) di bursa efek efek Jakarta sekitar 275. Pada september 1993, IHSG
mencapai lebi dari 400. Salah satu penyebabnya adalah karena suku bunga
deposito pada awal 1993 masih sekitar 18-23% per tahun, sedangkan pada bulan
September hanya berkisr antara 11-14%. Keadaan yang sebaliknya akan dilakukan
yaitu merubah sekuritas menjadi kas ,apabila suku bunga diperkirakan akan naik
. keadaan pada semester pertama tahun 1998 dapat dipergunakan sebagai ilustrasi
. pada semester pertama tahun 1998 suku bunga meningkat sangat tinggi sampai diatas
60% (untuk bunga deposito berjangka satu bulan). Akibatnya dapat ditebak , IHSG
turun tajam menjadi sekitar 330 , setelah pada awal tahun 1997 mencapai level
di atas 600.
Martin et.al (1991) mengatakan bahwa
motif spekulasi merupakan komponen paling kecil dari preferensi perusahaan akan
likuiditas . Motif transaksi dan berjaga-jaga merupakan alasan utama mengapa
perusahaan memiliki kas.
2. Model-model
manajemen kas
2.1 Model
persediaan
Baumol
(1952) mengidentifikasikan bahwa kebutuhan akan kas dalam suatu perusahaan
mirip dengan pemakaian persediaan. Apabila perusahaan memiliki saldo kas yang
tinggi, perusahaan akan mengalami kerugian dalam bentuk kehilangan kesempatan
untuk menginvestasikan dana tersebut pada kesempatan investasi lain yang lebih
menguntungkan . Sebaliknya apabila saldo kas terlalu rendah , kemungkinan
perusahaan mengalami kesulitan likuiditas akan makin besar. Karena itu
seharusnya ada penyeimbangan.
Masalah
yang sama juga terjadi untuk persediaan . Misalkan suatu toko buku menghadapi
permintaan buku Manajemen Keuangan secara konstan setiap
waktu. Misalkan permintaan buku tersebut dalam satu tahun adalah 240 satuan,
dan toko tersebut memesan Q satuan setiap kali pesan. Dengan demiian frekuensi
pesanan dalam satu tahun adalah,
Frekuensi
pesanan dalam 1 tahun = penjualan/Q = 240/Q
Persediaan
yang dimilik oleh perusahaan akan berkisar dari O sampai dengan Q satuan.
Dengan demikian rata-rata persediaan buku tersebut adalah,
Rata-rata
persediaan = (Q/2)i satuan
Kalau biaya simpan per satuan per tahun
dinyatakan sebagai i maka biaya simpan per tahun yang akan ditanggung
perusahaan adalah:
Biaya simpan per tahun = (Q/2)i
Apabila
jumlah permintaan buku (yaitu 240 satuan) kita beri notasi D, dan setia kali
perusahaan memesan memerlukan biaya sebesar o, maka biaya pemesanan dalam satu
tahun adalah:
Y=(Q/2)i
+ (D/Q)o (2.1)
Biaya
ini yang harus diminimumkan . Untuk persamaan (2.1) tersebut kita direvasikan
terhadap Q, dan kita buat sama dengan nol.
(dY/dQ) = (i/2) – (oD/Q2 = 0
(oD/Q2
) =(i/2)
iQ2
=2od
Q =((2oD)/i)1/2
Yang
juga bisa dinyatakan sebagai,
Q-
(2.2)
Pemikiran
yang sama bisa diterapkan untuk pengelolaan kas. Misalkan kebutuhan kas setiap
periodenya selalu sama. Dengan demikian
apabila pada awal suatu periode jumlah kas = Q , maka sedikit demi sedikit
saldo kas akan mencapai nol. Pada saat mencapai nol, perusahaan perlu merubah
aktiva lain (misalnya sekuritas) menjadi kas sebesar Q. Pertanyaan yang perlu
dijawab disini adalah adalah berapa jumlah sekuritas yang harus dirubah mejadi
kas setiap kali diperlukan yang akan meminmumkan biaya karena memiiki kas dan
baya karena merubah sekuritas menjadi kas ilustrasi berikut ini mungkin bisa
memperjelas permasalahan.
Misalkan kebutuhan kas setiaptahun
adalah Rp. 1200 juta dan pemakaiannya per hari konstan . biaya transaksi setiap
kali merubah sekuritas menjadi kas adalah Rp. 50.000 . tingkat bunga yang
diperoleh karen memiliki sekuritas adalah 12% per tahun. Dengan meggunakan
persamaan (1.2), maka bisa dihitung jumlah sekuritas yang harus dirubah menjadi
kas setiap kali yaitu:
Q-
= 31,623 juta
Ini
berarti bahwa perusahaan perlu menjual sekuritas senilai Rp. 31. 623 juta
setiap kali saldo kasnya mencapai nol. Dengan cara tersebut perusahaan akan
meminimumkan biaya karena kehilangan kesempatan untuk menanamkan dana pada
sekuritas dan biaya transaksi. Biaya-biaya tersebut adalah,
(1)
Biaya kehilangan
kesempatan = (Rp.31.623 /2)x0,12 = Rp. 1.897 juta
(2)
Biaya transaksi = (Rp.
1.200/31.623) x Rp. 50.000 = Rp. 1.897 juta
Total biaya menjadi 2(Rp. 1.897
juta) = Rp. 3.794 juta
2.2
Model Miller dan Orr
Miller dan Orr merumuskan
model sebagai berikut. Dalam keadaan penggunaan
dan pemasukan kas bersifat acak , perusahaan perlu menetapkan batas atas dan batas bawah saldo kas. Apabila saldo kas mencapai batas atas
perusahaan perlu mengubah sejumlah tertentu kas, agar saldo saldo kas kembali
ke jumlah yang diinginkan . sebaliknya apabila saldo kas menurun dan mencapai
batas bawah, perusahaan perlu menual sekuritas agar saldo kas naik kembai ke
jumlah yang diinginkan . secara diagramatis bisa digambarkan sebagai berikut.
Batas
atas dalam gambar tersebut ditunjukkan oleh garis h daan batas bawah oleh titik
0. Ini berarti bahwa perusahaan menetapkan jumlah minimal kas mencapai nol baru
perusahaan akan merubah (menjual) sekuritas untuk menambahjumlah kas menjadi z
(yaitu jumlah kas yang diinginkankan perushaan). Tentu saja perusahaan bisa
menentukan batas bahwa tidak harus nol rupiah.
Rumus
yang disajikan oleh Miller dan Orr adalah sebagai berikut.
z-(
)
dalam hal ini : o = biaya tetap untuk melalkukan transaksi
i = bunga harian untuk investasi pada
sekuritas
Nilai
h yang optimal adalah 3z . Dengan batas pengawasan tersebut model ini
meminimumkan biaya keseluruhan dari pengelolaan kas. Rata-rata saldo kas tidak
bisa ditentukan terlebih dahulu, tetapi kira-kira akan sebesar (z+h)/3.
Misalkan :
O = Rp. 50.000
Dengan demikian
Nilai batas atas adalah 3( 8,45 juta ) =
Rp.25,35 juta. Pada saat saldo kas mencapai Rp. 25,35 juta, perusahaan harus
merubah Rp. 16,90 juta menjadi sekuritas agar saldo kas kembali ke Rp. 8,45
juta . Sebaliknya pada saat saldo kas mencapai nol rupiah , perusahaan harus
menjual sekuritas senilai Rp 8,45 juta agar saldo kas kembali ke Rp. 8,45 juta.
2.3
Sistem pengumpulan dan
pembayaran kas
Dalam perekonomian yang
pembayaran transaksi dilakukan tidak lagi dengan uang tunai tetapi dengan cheque, timbul situasi dimana pembayaran
yang dilakukan oleh perusahaan tidak segera mengurangi saldo kas , dan
penerimaan cheque tidak segera diikuti dengan pembayaran saldo kas. Misalkan
kita membayar dengan cheque senilai Rp.100 juta pada tanggal 13 Oktober 1993.
Sebelum kita membayar (dan menulis cheque tersebut) , saldo rekening giro kita
di bank misalkan Rp.300 juta . Dengan demikian setelah pembayaran tersebut kita
mencatat bahwa saldo kita tinggal Rp.200 juta . Tetapi bank kita belum
mengurangkan umlah tersebutsmpai cheque tersebut dikliringkan. Dengan demikian
bank masih akan mencatat saldo kita sebesar Rp300 juta. Selisihnya disebut sebagai float .
Float tersebut memungkinkan perusahaan menuliskan cheue yang secar
keseluruhan jumlahnya lebih besar dari saldo kas (giro) yang dicatat oleh
perusahaan. Kalau rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengkliringkan cheque
memakan waktu 2 hari , perusahaan bisa sja menuliskan cheque pada suatu hari
meskipun saldonya kosong, asalkan 2 hari kemudian bsa mengisi rekeningnya
dengan jumlah minima yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang perusahaan melakukan
juggling dengan menciptakan float dari beberapa bank tempat
perusahaan menjadi kliennya. Artinya perusahaan sengaja menuliskan cheque atas
suatu bank, kemudian menyetorkannya pada bank satunya, sehingga tercipta jumlah
float yang cukup berarti . Tentu saja
cara semacam ini sangat berisiko.
Float bisa juga berlaku secara terbalik. Misalkan kita menerima
pembayaran dalam bentuk cheque sejumlah Rp.50 juta. Kita setorkan ke bank kita
dan kita catat saldo giro kita di bank tersebut bertamah Rp.50 juta . Meskipun
demikian bank kita baru menambah saldo rekening kita kalau cheque tersebut
telah dikliringkan (karena cheque tersebut bukan cheque tempat kita menjadi
nasabah) . Kalau kita gabungkan dengan contoh diatas,maka kita mempunyai Float positif sebesar Rp.100 juta tetapi
menanggung Float negatif sebesar Rp.
50 juta. Dengan demikian net Float kita menjadi Rp. 50 juta.
Karena itu sistem pengupulan
kas mempunyai tujuan untuk mempercepat pemanfaatan kas. Salah satu cara adalah
dengan menggunakan Concentration Banking.
Dengan cara ini, perusahaan menetapkan berbaga pusat pengumpulan pada berbagai
wilayah, sesuai dengan penyebaran penjualannya, dan tidak hanya satu pusat
pengumpulan (di kantor pusat). Dengan demikian, pembeli di wilayah A diminta membayar
dengan menyerahkan (mengirimkan) cheque ke
suatu bank (yang dipilih oleh perusahaaan) di daerah A. Tidak perlu mengirimkan
cheque langsung ke (kantor pusat) perusahaan. Hal ini disebabkan karena pembeli
mungkin menulis cheque atas bank tertentu di daerah A yang kalau cheque
tersebut kemudian dikirim ke (kantor pusat) perusahaan yang berlokasi sangat
jauh dari wilayah A, akan memerlukan waktu yang lebih lama utnuk dikliring dan
mungkin juga memakan biaya yang lebih besar. Contoh yang sering kita jumpai
adalah penerbit di Inggris meminta pembeli menulis cheque atas bank yang di
Inggris , dan dinyatakan dalam poundsterling. Kalau misalkan cheque tersebut
akan bank di AS , penerbit di Inggris akan memerlukan waktu yang sangat lama
(dan biaya yang sangat mahal) untuk menguangkan cheque tersebut .
Apabila perusahaan bisa
menggunakan draft , perusahaan bisa menunda pengeluaran kas karena draft
tersebut perlu dikonfirmasi oleh perusahaan yang mengeluarkan sebelum bank
membayar kepada mereka yang menyerahkan draft tersebut . Selama menunggu
konfirmasi tersebut, perusahaan sebenernya menunda pembayaran yang kita lakukan
kalau pembayaran gaji dilakukan dengan menggunakan cheque, maka pembayaran pada
akhir minggu akan memaksa cheque tersebut baru bisa diuangkan awal minggu depan
ini juga merupkan cara untuk menunda pengeluaran kas.
2.4
Portofolio Investasi
Misalkan perusahaan saat ini
memiliki saldo kas sebesar Rp.60 juta. Diperkirakan (dari anggaran kas yang
disusun) Rp. 400jt. Diantaranya baru akan dipergunakan pada tiga bulan yang
akan datang. Untuk itu manajer keangan bisa, misalnya, mendepositokan Rp. 400
jt tersebut untuk jangka waktu 3 bulan denga bunga (misal) 12% per tahun.
Dengan demikian selama 3 bulan tersebut perusahaan akan memperoleh penghasilan
“investasi”nya sebesar
(0,12/12) x 3 x Rp. 400 juta = Rp. 12,0
juta
Kalau misalkan manajer
tersebut tidak yakin bahwa dana yang “bebas” selama 3 bulan mendatang akan
mencapai sebesar Rp. 400 juta, maka ia bisa memutuskan medepositokan jumlah
yang kurang dari Rp. 400 juta. Kalau cara ini ditempuh, maka keuntungan yang
diterima tentu akan lebih kecil dari Rp. 12 juta. Cara lain adalah melakukan
diversifikasi. Ia bisa menginvestasikan dana sebesar Rp. 400 juta tersebebut
pada berbagai jenis saham.
Bisa juga dilakukan investasi,
misalnya, Rp. 200 juta pada deposito 3 bulan dan Rp. 200 juta pada berbagai
jenis saham. Diversifikasi investasi pada berbagai saham dimaksudkan untuk
mengurangi brisiko (lihat kembaliBab 4). Kalau ditempuh cara tersebut, maka
kombinasi investasi tersebut bisa digambarkan sebagaimana pada Gambar 2.2
Esensi pengaturan kas tersebut
adalah untuk mengoptialkan pemanfaatan kas. Jumlah saldo kas yang teralu banjak
memang baik apabila dipandang dari sisi likuiditas, tetapi tidak menguntungkan
apabila dipandang dari aspek profitbiitas. Hal sebaliknya berlaku apabila saldo
kas terlalu kecil. Karena itulah pengaturan kas diperlukan.
Investasi pada sekuritas
dipilih karena sifat mudah dirubahnya investasi tersebut menjadi kas (sangat
likuid). Untuk menentukan berapa banyaknya sekuritas yang akan dirubah menjadi
kas, bisa dipergunakan model Miller dan Orr. Kalau perusahaan terpaksa
menguangkan deposito, biasanya bank akan mengenakan denda kepada perusahaan.
2.3 Pengelolaan Persediaan
Perusahaan memiliki persediaan dengan
maksud untuk menjaga kelancaran operasinya. Bagi perusahaan dagang, persediaan
barang dagangan memungkinkan perusahaan memenuhi permintaan pembeli. sedangkan
perusahaan indsutri, persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan
untuk memperlancar kegiatan produksi, sedangkan persediaan barang dalam proses
dimaksudkan untuk memnuhi permintaan pasar. Meskipun demikian tidak berarti
perusahaan harus menyediakan persediaan sebanyak-banyaknya untuk maksud-maksud
tersebut.
Persediaan yang tinggi memungkinkan
perusahaan memenuhi permintaan yang mendadak. Meskipun demikian persediaan yang
tinggi menyebabkan perusahaan memerlukan modal kerja yang makin besar pula.
Sebenarnya kunci persoalannya adalah pada kata “mendadak”. Apabilah perusahaan
mampu memprediksi dengan tepat kebutuhan akan bahan baku (atau barang jadi),
perusahaan bisa menyediakan pesediaan tepat pada waktunya sesuai dengan jumlah
yang diperlukan. Pada saat tidak diperlukan, jumlah persediaan biasa saja
sangat kecil atau bahkan nol. Tehnik ini yang dikenla sebagai just in time atau zero inventory.
Dengan
demikian maka masalahnya adalah reliabilitas system informasi dan system
pengadaan bahan (atau sisitem produksi), sehingga mampu menekan jumlah
persediaan yang pada waktu yang tidak diperlukan, masalah pengelolaan persediaan
merupakan contoh lain bahwa keputusan keuangan mungkin dilakukan bukan oleh
“bagian keunagan”. System ini biasanya menjadi tanggung jawab bagian produksi
dan/atau bagian pembelian. Bagi manajemen keuangan kita perlu memahami dampak pemggunaan
suatu kebijakan persediaan terhadap aspek keuangan.
9.1
Beberapa system pengawasan persediaan
Jumlah
persediaan dikaitakan dengan variabel tertentu. Cara ini merupakan cara yang
sangat sederhana. Misalkan perusahaan menetapan bahwa persediaan barang jadi
rata-rata akan sebesar satu bulan penjualan. Dengan demikian apabila penjualan
meningkat, rata-rata persediaan juga akan meningkat, demikian pula kalau
menurun. Cara lain misalnya mengkaitkan kapan harus memesan kembali dan jumlah
yang dipesan dihubungkan dengan kebutuhan selama periode tertentu. Misalkan
kebijaksanaan perusahaan adalah memesan bahan baku pada saat jumlah bahan
tinggal mencapai dua minggu kebutuhan produksi, dan jumlah yang dipesan sebebesar kebutuhan dua bulan
produksi.
Cara-cara
yang sederhana tersebut memungkinkan bagian gudang untuk mengajukan permohonan
pembelian bahan baku apabia melihat bahwa persediaan telah mencapai batas yang
telah ditetapkan. Yang lebih sulit adalah untuk persediaan barang jadi,
diperlukan koordinasi antara bagian pemasaran dan bagian produksi, terutama
untuk perusahaan yang menghasilkan berbagai jenis produk. Sebab dapat saja
terjadi bagian produksi justru memproduksikan jenis barang yang tidak diminta
oleh pasar. Sedangkan permintaan produk lain tidak dapat dipenuhi karena
persediaannya kosong.
Economic
Order Quantity. Salah satu model yang sering kita
bicarakan dalam berbagai buku teks adalah model economic order quantity (EOQ). Model ini berdasarkan pada pemikiran
yang sama dengan sewaktu kita membicarakan model persediaan pada pengelolaan
kas. Pemikirannya adalah bahwa:
(1) Kalau
perusahaan memiliki rata-rata persediaan yang besar untuk jumlah kebutuhan yang
sama dalam suatu periode, berarti perusahaan tidak perlu melakukan pembelian
terlalu sering. Jadi menghemat biaya pembelian (pemesanan).
(2) Tetapi
kalau perusahaan membeli dalam jumlah besar sehingga bisa menghemat biaya
pembelian, perusahaan akan menanggung persediaan dalam jumlah yang besarpula.
Berarti menanggung biaya simpan yang terlalu tinggi.
(3) Karena
itu perlu dicari jumlah yang akan membuat biaya persediaan terkecil. Biaya
persediaan adalah biaya simapan plus
biaya pembelian (pemesanan).
Misalkan
kebutuhan bahan baku dalam satu tahun sebesar D tahun. Pemakaian bahan
dilakukan secara acak setiap tahun. Perusahaan tersebut memesan Q satuannya
setiap kali memesan. Dengan demikian frekuensi pesanan dalam satu tahun adalah,
Frekuensi pesanan dalam satu tahun = D/Q
Persediaan
yang dimilik oleh perusahaan akan berkisar dari O sampai dengan Q satuan. Dengan
demikian rata-rata persediaan buku tersebut adalah;
Rata-rata persediaan = (Q/2) satuan
Kalau
biaya simpanan per satuan per tahun dinyatakan sebagai I, maka biaya simpanan pertahun yang akan ditanggung perusahaan
adalah;
Biaya simpanan per tahun = (Q/2)i
Apabila
setiap kali perusahaan memesan memerlukan biaya sebesar O, maka biaya pemesanan dalam satu tahun adalah;
Biaya pemesanan dalam satu tahun = (D/Q) o
Dengan
demikian total biaya persediaan dalam satu tahun (kita beri notasi Y) adalah;
Y = (Q/2) I + (D/Q) o ……(9.1)
Biaya
ini yang harus diminimumkan. Untuk itu persamaan (9.1) tersebut kita derivikasi
terhadap Q, dan kita buat sama dengan
nol.
(dY/dQ) = (i/2) – (oD/Q2) = O
(oD/Q2) = (i/2)
iQ2 = 2oD
Q = [(2oD)/i)]1/2
Yang
juga bias dinyatakan sebagai,
Q = √
……(9.2)
Misalkan
bahwa kebutuhan bahan baku dalam satu tahun sebesar 240.000 satuan, dengan harga Rp. 2.000 per satuan.
Kebiasaan perusahaan adalah melakukan pembelian setiap bulan sekali. Biaya
simpan (termasuk biaya modal) berikisar 25% per tahun, sedangkan biaya setiap
kali memesan sebesar Rp. 150.000,-. Berdasarkan kebiasaan tersebut, maka biaya
persediaannya adalah sebagi berikut:
Jumlah yang dipesan setiap bulan = 240.000/12
= 20.000 satuan
Nilai rata-rata persediaan = (2
= Rp. 20.000.000,-
Biaya simpanan dalam satu tahun = Rp. 20.000.000
= Rp. 5.000.000
Biaya pesan dalam satu tahun = Rp. 150.000
= Rp. 1. 800.000
Total biaya persediaan = Rp. 5.000.000 + Rp. 1. 800.000
= Rp. 6.800.000
Dengan
menerapkan model EOQ, perusahaan akan dapat menekan biaya persediaanya.
Penerapan rumus EOQ menghasilkan jumlah pembeian sebagai berikut,
Dengan
demikian maka :
Biaya pesan = (240.000/12.000)
= Rp. 3.000.000
Biaya simapan = [(12.000
= Rp. 3.000.000
Total biaya persediaan = Rp. 3.000.000 + Rp. 3.000.000
= Rp. 6.000.000,-
Yang
berarti perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp. 800.000,- dalam satu
tahun.
Apabila
waktu yang diperlukan sejak saat bahan dipesan sampai dengan bahan sampai
diperusahaan adalah selam setengah bulan (disebut sebagai lend time), maka perusahaan harus memesan pada saat bahan baku
mencapai D/24. Tingkat persediaan ini disebut sebagai titik pemesanan kembali (reorder point).
Dalam
contoh yang kita pergunakan berarti titik pesan kembalinya adalah,
240.000/24 = 10.000 unit
Jadi
pada waktu jumlah bahan baku telah mencapai 10.000 unit, perusaaan akan
melakukan pemesanan kembali.
Untuk
berjaga-jaga terhadap ketidak pastian, baik dalam hal penggunaan maupun dalam
hal lead time. Perusahaan mungkin
menetapkan perlunya persediaan keamanan (safety
stock). Sebab mungkin terjadi bahwa selam lead time penggunaan bahan meningkat, atau pengiriman bahan
mengalami keterlambatan. Misalkan teryata pengiriman mengalami keterlambatan,
bukannya setengah bulan tetapi mencapai satu bulan. Dengan demikian apabila
perusahaan tidak memiliki safety stock perusahaan akan kehabisan bahan (stockout) sebanyak 10.000 unit.
Penentuan
besarnya persediaan keamanan bisa dilakukan dengan membandingkan biaya kerugian
yang diharapkan kalau perusahaan kehabisan persediaan (expected loss pada saat perusahaan mengalami stockout) dengan tambahan biaya memeliki safety stock yang lebih besar. Cara ini memerlukan estimasi tentang
stockout costs dan probabilitas
kehabisan bahan.
Cara
yang lain adalah dengan menentukan berapa probabilitas kehabisan bahan yang bisa
diterima oleh perusahaan. Semakin kecil probabilitas semakin besar safety stocks ditentukan. Pengalaman
biasanya dipergunakan sebagai dasar penentuan safety stock ini.
Sekarang
misalkan perusahaan menentukan safety
stock sebanyak 150 unit. Apa yang terjadi dengan rata-rata persediaan?
Sebelum perusahaan menentukan safety
stocks perkembangan jumlah bahan baku ditujukkan pada Gambar 9.1
Gambar
9.1. Perkembangan persediaan bahan baku
sewaktu tidak memiliki safety stock
Pada
saat tidak mendapat safety stocks maka
jumlah persediaam maksimal adalah 400 unit, dengan minimal nol unit. Karena itu
rata-rata persediaan adalah 200 unit. Selama satu tahun terdapat 9 “segitiga”,
karena dilakukan 9x pembelian selama satu tahun tersebut. Recorder point dilakukan pada titik 150 unit.
Pada
saat ditentukan persediaan keamanan sebanyak 150 unit, maka perkembangan
persediaan bahan baku akan Nampak seperti pada Gambar 9.2
Gambar
9.2. Perkembangan persediaan bahan baku
dengan safety stock sebanyak 150 unit
Perhatikan
bahwa dengan adanya persediaan keamanan sebanyak 150 unit akan membuat
persediaan maksimum mencapai 550 unit, dan minimum 150 unit. Dengan demikian
rata-rata persediaan adalah 350 unit. Meskipun demikian frekuensi pembelian
selama satu tahun tetap tidak mengalami perubahan, yaitu 9x. Hanya saja
sekarang reorder point dilakukan pada
saat persediaan mencapai 300 unit.
Masalah
yang perlu diperhatikan dalam penerapan model tersebut adalah pada
asumsi-asumsi yang mendasarinya. Sebagai misal model tersebut menggunakan
asumsi harga bahan baku konstan. Bisa terjadi pada saat diperkirakan akan
terjadi kenaikan bahan baku, perusahaan sengaja membeli dalam jumlah besar.
Demikian juga kadang-kadang perusahaan melakukan pembelian diatas jumlah yang
paling ekonomis (atau melanggar kebijakan yang biasa dianut) dengan maksud
untuk memproleh quantity discount.
Untuk
ilustrasi, misalkan perusahaan di atas memproleh tawaran quantity discount sebesar 2% apabila perusahaan membeli dalam
jumlah minimal 1.000 unit setiap kali pembelian. Apabila perusahaan
memanfaatkan discount ini, maka biaya
yang dapat dihemat adalah,
2%
= Rp. 3.600.000
Tetapi
sebagai akibatnya biaya persediaan akan naik apabila dibandingkan denagn biaya
persediaan dengan menggunakan EOQ. Biaya persediaan akan sebesar,
Biaya
pesan = 3,6
= Rp. 720.000,-
Biaya
simpan = (1000/2)
= Rp.
4.500.000,-
Biaya
persediaan = = Rp.
5. 220.000,-
Dengan
demikian tambahan biaya persediaan adalah
Rp. 5.220.000 – Rp. 3.600.000 = Rp. 1.620.000
Karena
tambahan biaya masih lebih kecil dibandingkan dengan diskon yang dinikmati,
maka perusahaan sebaiknya memanfaatkan tawaran quantity discount tersebut. Dengan demikian perusahaan tidak akan
membeli dalam jumlah sesuai dengan rumus EOQ.
9.2. Kaitan pengelolaan
persediaan dengan manajemen keuangan
Apabila
perusahaan mengelola persediaan dengan dikaitkan pada factor tertentu (misal
produksi atau penjualan), sangat boleh jadi bahwa jumlah persediaan akan proporsional
dengan factor tersebut. Sebagai misal perusahaan menetukan bahwa persediaan
barang jadi sebesar setengah bulan penjuaan. Dengan demikian apabila penjualan
dalam satu tahun sebesar Rp. 48.000 juta, maka persedian akan sebesar Rp.
48.000/ 24 = Rp. 2.000 juta. Apabila penjualan meningkat menjadi Rp. 60.000
juta (naik 25%), maka persediaan akan naik menjadi Rp. 60.000 juta/ 24 = Rp.
2.500 juta (juga naik 25% ).
Dalam
keadaan semacam ini masuk akal kalau manajer keuangan menggunakan metode sales percentage untuk merencanakan
keunagan, atau menggunakan data tahun lalu sebagai dasar perbandingan rasio
perputaran persediaan.
Kalau
kita menggunakan contoh yang sama dengan contoh diatas maka seandainya
perusahaan menerapkan model EOQ tanpa persediaan keamanan, maka perputaran
persediaan bahan baku adalah,
Pemakaian bahan/ rata-rata persediaan = 180
juta/ 10 juta
= 18x
Sekarang
misalkan pemakaian bahan meningkat 25% menjadi 4.500 unit dalam satu tahun.
Perhitungan EOQ akan berubah menjadi,
Q = [(2 x 4.500 x Rp. 200.000)/ (0,18)(Rp.
50.000)] ½
= 447
Dengan
demikian nilai rata-rata persediaan adalah,
(447 x Rp. 50.000)/ 2 = Rp.
11,175 juta
Yang
berarti perputaran persediaan bahan baku menjadi,
(4.500 x Rp. 50.000)/ Rp. 11,175 juta = 20,13x
Dengan
demikian apaila dibandingkan dengan periode sebelumnya, perputaran persediaan
Nampak meningkat. Hal ini mungkin ditafsirkan membaiknya manajemen persediaan.
Padahal sebenarnya kebijaksanaan yang diterapkan sama saja. Yaitu menerapkan
EOQ.
Phenomena
sebaliknya akan muncul apabila pemakaian bahan berkurang. Artinya, perputaran
persediaan bahan baku akan menurun apabila diterapkan model EOQ dan terjadi penurunan rasio-rasio
keuangan sebagai ukuran kinerja manajemen perlu berhati-hati, dan pemahaman terhadap
kebijaksaan perusahaan perlu dilakukan agar tidak menjadi kesalahan penafsiran.
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Modal kerja merupakan aspek penting dalam manajemen
pembelanjaan perusahaan. Apabila perusahaaan tidak dapat mempertahankan tingkat
modal kerja yang memuaskan, maka kemungkinan perusahaan berada dalam keadaan
”insolvent” (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo)
dan bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidasi atau bangkrut. Dalam perusahaan
atau badan usaha salah satu peranan modal kerja adalah menjamin kontinuitas
perusahaan yang menyangkut penggunaan modal, sehingga dapat menentukan modal
kerja yang cukup. Perusahaan dihadapkan pada masalah seberapa besar tingkat
efisiensi dan efektivitas penggunaan modal kerja yang harus dikelola
perusahaan.
Dalam analisis penggunaan dana tidak terlepas dari laporan keuangan, karena neraca terdiri dari aktiva dan passiva yang mencerminkan hasil keputusan pendanaan. Sedangkan perhitungan laba rugi dapat dilihat dari seberapa efektifnya penggunaan aktiva yang mendukung penjualan dan seberapa efisien laba yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan imbalan kepada para pemilik dana dan sebagai sumber dana untuk investasi. Sehingga dengan menganalisis efisiensi dan efektivitas penggunaan dana akan diketahui bagaimana kebijaksanaan yang ditempuh oleh pimpinan perusahaan dalam mengoperasikan dana yang ada dan dapat diketahui efisiensi dari dana yang dioperasikan.
Dalam analisis penggunaan dana tidak terlepas dari laporan keuangan, karena neraca terdiri dari aktiva dan passiva yang mencerminkan hasil keputusan pendanaan. Sedangkan perhitungan laba rugi dapat dilihat dari seberapa efektifnya penggunaan aktiva yang mendukung penjualan dan seberapa efisien laba yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan imbalan kepada para pemilik dana dan sebagai sumber dana untuk investasi. Sehingga dengan menganalisis efisiensi dan efektivitas penggunaan dana akan diketahui bagaimana kebijaksanaan yang ditempuh oleh pimpinan perusahaan dalam mengoperasikan dana yang ada dan dapat diketahui efisiensi dari dana yang dioperasikan.
Jika
dilihat di Neraca perusahaan, yang masuk dalam kelompok modal kerja adalah:
semua jenis aktiva lancar—mulai dari kas, piutang dagang, hingga persediaan
barang. Perhatikan contoh neraca sederhana di bawah ini:
Sekalilagi
yang merupakan elemen modal kerja meliputi: Kas, Piutang, Surat Berharga, dan persediaan
barang dagangan. Keempat akun ini memiliki perputaran yang pendek—yang jika
salah kelola (mismanaged), bukan saja mengganggu operasional perusahaan tetapi
juga bisa bikin bangkrut. Sebaliknya jika dikelola secara efektif, minimal bisa
membuat opersional perusahaan berjalan mulus. Lebih bagus lagi jika dapat
menciptakan peluang untuk memperoleh keuntungan.
DAFTAR PUSTAKA
http://edutekinfo.blogspot.com/2012/03/manajemen-modal-kerja.html
http://mbegedut.blogspot.com/2012/09/pos-kelompok-kebijakan-dalam-aktiva-lancar.html
terimakasih, sangat membantu sekali
BalasHapusSaya Widya Okta, saya ingin memberi kesaksian tentang karya bagus Tuhan dalam hidup saya kepada orang-orang saya yang mencari pinjaman di Asia dan sebagian lain dari kata tersebut, karena ekonomi yang buruk di beberapa negara. Apakah mereka mencari pinjaman di antara kamu? Maka Anda harus sangat berhati-hati karena banyak perusahaan pinjaman yang curang di sini di internet, tapi mereka tetap asli sekali di perusahaan pinjaman palsu. Saya telah menjadi korban penipuan pemberi pinjaman 6-kredit, saya kehilangan banyak uang karena saya mencari pinjaman dari perusahaan mereka.
BalasHapusSaya hampir mati dalam proses karena saya ditangkap oleh orang-orang dari hutang saya sendiri, sebelum saya dibebaskan dari penjara dan teman saya yang saya jelaskan situasi saya, kemudian mengenalkan saya ke perusahaan pinjaman yang andal yaitu SANDRAOVIALOANFIRM. Saya mendapat pinjaman saya sebesar Rp900.000.000 dari SANDRAOVIALOANFIRM dengan tarif rendah 2% dalam 24 jam yang saya gunakan tanpa tekanan atau tekanan. Jika Anda membutuhkan pinjaman Anda dapat menghubungi dia melalui email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)
Jika Anda memerlukan bantuan dalam melakukan proses pinjaman, Anda juga bisa menghubungi saya melalui email: (widyaokta750@gmail.com) dan beberapa orang lain yang juga mendapatkan pinjaman mereka Mrs. Jelli Mira, email: (jellimira750@gmail.com). Yang saya lakukan adalah memastikan saya tidak pernah terpenuhi dalam pembayaran cicilan bulanan sesuai kesepakatan dengan perusahaan pinjaman.
Jadi saya memutuskan untuk membagikan karya bagus Tuhan melalui SANDRAOVIALOANFIRM, karena dia mengubah hidup saya dan keluarga saya. Itulah alasan Tuhan Yang Mahakuasa akan selalu memberkatinya.
KABAR BAIK!!!
BalasHapusNama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.
Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.
Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.
Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.
Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.
Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.
Halo,
BalasHapusIni untuk memberi tahu masyarakat bahwa Nyonya Charity White, pemberi pinjaman swasta memiliki kesempatan finansial untuk semua orang yang membutuhkan bantuan keuangan, membayar tagihan, untuk berinvestasi dalam bisnis baru atau untuk meningkatkan bisnis Anda. Kami memberikan pinjaman dengan bunga sebesar 2% kepada perusahaan dan perorangan. Ini tidak memerlukan banyak dokumen, juga syarat dan ketentuan yang jelas dan peka. Hubungi kami via e-mail: (charitywhitefinancialfirm@gmail.com) Kami akan memberikan layanan terbaik kami.