KEPUTUSAN INVESTASI
Pada prinsipnya semua keputusan yang diambil oleh
manajer keuangan baik yang menyangkut keputusan investasi, keputusan
pembelanjaan dan kebijakan dividen memiliki tujuan yang sama. Semua itu
mensyaratkan suatu estimasi hasil yang diharapkan dan risiko atau kemungkinan
tidak diperolehnya hasil seperti yang diharapkan.
Keputusan investasi mempunyai dimensi
waktu jangka panjang, sehingga keputusan yang diambil harus dipertimbangkan
dengan baik, karena mempunyai konsekwensi berjangka panjang pula. Perencanaan
terhadap keputusan investasi sangat penting karena beberapa hal sebagai
berikut:
a. Dana yang dikeluarkan untuk investasi jumlahnya besar,
dan dana tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau
diperoleh sekaligus.
b. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka
panjang, sehingga perusahaan harus menunggu untuk memperoleh kembalinya dana
yang sudah diinvestasikan. Dengan
demikian akan mempengaruhi penyediaan dana untuk keperluan lain.
c. Keputusan investasi menyangkaut harapan terhadap hasil
keuntungan di masa yang akan dating. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan
dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.
d. Keputusan investasi berjangka panjang, sehingga
kesalahan dalam pengambilan keputusan akan mempunyai akibat yang panjang dan
berat, serta kesalahan dalam keputusan ini tidak dapat diperbaiki tanpa adanya
kerugian yang besar.
ALIRAN KAS (CAHFLOW)
Keputusan investasi yang dilakukan oleh perusahaan
mengharapkan akan bisa ditutup oleh penerimaan-penerimaan dimasa yang akan
datang. Dimana penerimaan tersebut berasal dari proyeksi keuntungan yang
diperoleh atas investasi yang bersangkutan. Keuntungan ini bisa dalam dua
pengertian:
1)Laba Akuntansi yaitu laba yang terdapat dalam
laporan keuangan yang disusun oleh bagian akuntansi yakni cukup dilihat dari
laba pada laporan Rugi-Laba.
2)Laba Tunai yaitu laba berupa
aliran kas atau cashflow.
PENGGOLONGAN CASHFLOW
Cashflow dikelompokkan dalam 3
macam aliran kas:
1)Inicial Cashflow
adalah aliran kas yang berhubungan dengan pengeluaran-pengeluaran kas
untuk keperluan investasi, seperti pengeluaran kas untuk pembelian
tanah,pembangunan pabrik, pembelian mesin, pengeluaran kas lain dalam rangka
mendapatkan aktiva tetap. Termasuk dalam inicial cashflow adalah kebutuhan dana
yang akan digunakan untuk modal kerja. Inicial cashflow biasanya dikeluarkan
pada saat awal pendirian statu proyek
investasi.
2)Operacional Cashflow
merupakan aliran kas yang akan dipergunakan untuk menutup investasi. Operational
cashflow biasanya diterima setiap tahun selama usia investasi, dan berupa
aliran kas bersih. Operasional cashflow diperoleh dapat dihitung dengan
menambahkan laba akuntansi(EAT) dengan penyusustan.
Permasalahan operasional cashflow
ini muncul bila dalam keputusan investasi sumber dana yang dipergunakan berasal
dari hutang, yang mengakibatkan laba setelah pajak berbeda, dan tentunya akan
mengakibatkan cashflownya menjadi berbeda antara bila dibelanjai dengan modal
sendiri dan dibelanjai dengan hutang. Sehingga suatu proyek akan kelihatan
lebih baik dibiayai dengan modal sendiri sebab akan menghasilkan cashflow yang
lebih besar. Padahal satu proyek hanya mempunyai kesimpulan yaitu layak apa tidak layak, tidak peduli
apakah proyek itu dibiayai dengan modal sendiri atau modal asing. Oleh karena itu dalam menaksir operasiona
cashflow tidak boleh mencampuradukkan keputusan pembiayaan dengan keputusan
investasi. Sehingga untuk menaksir
aliran kas operasi bila sebagian atau seluruhnya dibelanjai dengan modal asing
adalah :
Cashflow= Laba Setelah
Pajak+Penyusutan+Bunga(1-pajak)
3)Terminal cashflow
merupakan aliran kas yang diterima sebagai akibat habisnya umur ekonomis
suatu proyek.( seperti niali residu dan modal kerja yang digunakan)
METODE PENILAIAN INVESTASI
Ada beberapa alat analisa dalam
menilai keputusan investasi Yaitu:
1. Metode Accounting Rate of
Return
2. Metode Payback Periode
3. Metode Net Present Value
4. Metode Internal Rate of
Return
5. Metode Profitability
Index
*Metode Accounting Rate of Return
adalah metode penilaian investasi yang mengukur seberapa besar tingkat
keuntungan dari investasi. Metode ini menggunakan dasar laba akuntansi,
sehingga angka yang digunakan adalah laba setelah pajak(EAT) yang dibandingkan
dengan rata-rata investasi.
Rata-rata
EAT
Rata-rata
Investasi
untuk menghitung rata-rata EAT dengan cara menjumlahkan EAT
selama umur investasi dibagi dengan umur investasi. sedangkan untuk menghitung
rata-rata investasi hádala investasi dengan nilai residu dibagi 2.
**Metode Payback Periode
hádala metode yang mengukur lamanya dana investasi yang
ditanamkan kembali seperti semula.(statu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas yang diterima)
Investasi
Cashflow
***Metode Net Present Value
Salah
satu metode untuk menilai investasi yang memperhatikan time value of money
adalah net present value. NPV adalah
selisih antara nilai sekarang dari cashflow dengan nilai sekarang dari investasi. Untuk menghitung NPV, pertama menghitung
present value dari penerimaan atau cashflow dengan discount rate tertentu,
kemudian dibandingkan dengan present value dari investasi. Jika selisih antara
PV dari cashflow lebih besar berarti terdapat NPV positif, artinya proyek
investasi adalah layak. dan sebaliknya.
****Metode
Internal Rate of Return
Jika
pada NPV mencari nilai sekarang bersih dengan tingkat discount rate tertentu,
maka metode IRR mencari discount rate yang dapat menyamakan antara present
value dari aliran kas dengan present value dari investasi. atau IRR adalah
tingkat discount rate yang dapat menyamakan PV of cashflow dengan PV of
investment. Sehingga untu mencari besar IRR diperlukan data NPV yang mempunyai
dua kutub positif dan negative. dan selanjutnya dilakukan interpolasi.
NPVrr
TPVrr - TPVrt
Dimana:
rr = tingkat discount rate(r) lebih rendah
rt = tingkat discount rate(r) lebih tinggi
TPV = Total Present Value
NPV = Net Present Value
*****
Metode Profitability Index
metode ini membandingkan
antara present value dari penerimaan dengan present value dari investasi. Jika
PI lebih besar dari 1, maka proyek dikatakan layak untuk dijalankan.
Contoh:
À.
PT DUTA
merencanakan sebuah proyek investasi yang diperkirakan akan menghabiskan dana
sebesar Rp.750.000.000,- Dana tersebut Rp.100.000.000,- merupakan modal kerja,
dan sisanya modal tetap dengan nilai residu diperkirakan sebesar
Rp.150.000.000,-dan mempunyai umur ekonomis 5 tahun. Proyeksi penjualan selama
usia ekonomis diperkirakan sebagai berikut:
Tahun 1 Rp.400.000.000,-
Tahun 2 Rp.450.000.000,-
Tahun 3 Rp.500.000.000,-
Tahun 4 Rp.550.000.000,-
Tahun 5 Rp.600.000.000,-
Struktur biaya pada proyek ini adalah biaya variabel 40%,
dan biaya tetap tunai selain penyusutan sebesar Rp.20.000.000,-pertahun. Pajak
yang diperhitungkan 30% dan return yang diharapkan 18 %.
Dari data tersebut apakah proyek investasi tersebut layak
dijalankan!(Gunakan 5 metode penilaian)
JAWAB:
Perhitungan laba setelah
pajak dan cashflow(000)
|
KETERANGAN
|
Tahun1
|
Tahun2
|
Tahun3
|
Tahun4
|
Tahun5
|
|
Penjualan
|
400.000
|
450.000
|
500.000
|
550.000
|
600.000
|
|
Biaya Variabel
Bia Tetap Tunai
Penyusutan
|
160.000
20.000
100.000
|
180.000
20.000
100.000
|
200.000
20.000
100.000
|
220.000
20.000
100.000
|
240.000
20.000
100.000
|
|
Total Biaya
|
280.000
|
300.000
|
320.000
|
340.000
|
360.000
|
|
Laba Sbl Pajak
Pajak 30%
|
120.000
36.000
|
150.000
45.000
|
180.000
54.000
|
210.000
63.000
|
240.000
72.000
|
|
Laba Setelah Pajak
Penyusutan
Nilai Residu
Modal Kerja
|
84.000
100.000
-
-
|
105.000
100.000
-
-
|
126.000
100.000
-
-
|
147.000
100.000
-
-
|
168.000
100.000
150.000
100.000
|
|
Cashflow
|
184.000
|
205.000
|
226.000
|
247.000
|
518.000
|
Analisa Kelayakan:
1. Accounting Rate of Return
84.000 + 105.000 +
126.000 + 147.000 +168.000/5
750.000+150.000
2
= 28 %
Karena tingkat keuntungan yang diharapkan sebesar 18% ,maka menurut
metode ini investasi layak untuk dijalankan.
2. Payback Period
Investasi 750.000
Cashflow th1 184.000
566.000
Cashflow th2 205.000
361.000
Cashflow th3 226.000
135.000
Cashflow th 4 247.000
135.000
247.000
=
3,55 tahun
Jika
target kembalinya investasi 4 tahun, maka investasi ini layak ,karena PBP lebih
kecil disbanding dengan target kembalinya investasi.
3. Net Present Value
Tabel Perhitungan Net Present
Value r = 18%
|
Tahun
|
Cashflow
|
Discount Factor
R =18%
|
Present Value
Of Cashflow
|
|
1
2
3
4
5
|
184.000.000
205.000.000
226.000.000
247.000.000
518.000.000
|
0,847
0,718
0,609
0,516
0,437
|
155.848.000
147.190.000
137.634.000
127.452.000
226.366.000
|
|
Total
Present Value of Cashflow
Present
Value of Investment
|
794.490.000
750.000.000
|
||
|
44.490.000
|
|||
Dengan menggunakan tingkat keuntungan yang diharapkan
sebesar 18%, ternyata diperoleh NPV sebesar Rp.44.490.000,- Artinya dengan NPV
positif maka proyek investasi ini layak
untuk dilaksanakan.
4. Internal Rate of Return
Tabel Perhitungan Net Present
Value r = 24%
|
Tahun
|
Cashflow
|
Discount Factor
R =24%
|
Present Value
Of Cashflow
|
|
1
2
3
4
5
|
184.000.000
205.000.000
226.000.000
247.000.000
518.000.000
|
0,806
0,650
0,524
0,423
0,341
|
148.304.000
133.250.000
118.424.000
104.481.000
176.638.000
|
|
Total
Present Value of Cashflow
Present
Value of Investment
|
681.097.000
750.000.000
|
||
|
-68.903.000
|
|||
Dengan demikian
:
rr
= 18 % NPVrr = 44.490.000
rt
= 24%
TPVrr = 794.490.000,-
TPVrt = 681.097.000,-
NPVrr
TPVrr - TPVrt
44.490.000
794.490.000 – 681.097.000
IRR
= 20,35%
Karena IRR yang diperoleh lebih besar dari
tingkat keuntungan yang disyaratkan maka proyek tersebut layak untuk dijalankan.
5. Profitability Index
PV of Cashflow
Investasi
794.490.000
750.000.000
= 1,06
Karena PI lebih besar dari 1 maka
proyek dikatakan layak.
Soal :
1.
PT Swadaya awal tahu 2010 mempertimbangkan sebuah proyek
yang membutuhkan dana sebesar Rp.1.300.000.000,-.Dana tersebut, sebesar
Rp.200.000.000,- diperuntukkan sebagai modal kerja, sedang sisanya sebagai
modal tetap. Umur ekonomis proyek tersebut diperkirakan 6 tahun dengan nilai
residu Rp.150.000.000,-
Proyeksi Penjualan untuk
tahun-tahun kedepan adalah sebagai berikut :
Tahun 2010 Rp.400.000.000,-
Tahun 2011 Rp.600.000.000,-
Tahun 2012 Rp. 750.000.000,-
Tahun 2013 Rp.850.000.000,-
Tahun 2014 Rp.900.000.000,-
Tahun 2015 Rp.1000.000.000,-
Struktur biaya dari proyek ini
adalah 40% merupakan biaya variabel. Biaya
tetap tunai selain penyusutan sebesar Rp.50.000.000,- per tahun. Pajak 30% dan
keuntungan yang disyaratkan sebesar 17 %. Menurut saudara apakah proyek ini
layak?
INVESTASI PENGGANTIAN
Karena kemajuan teknologi, kadang
peralatan dan mesin yang digunakan oleh perusahaan menjadi ketinggalan jaman (out of date) padahal umur ekonomisnya
masih cukup panjang. Aktiva tetap baru
tersebut bisa lebih efisien, sehingga dapat menghemat biaya-biaya yang
dikeluarkan, seperti penghematan biaya tenaga kerja, penghematan bahan baku dan
sebagainya.
Investasi penggantian adalah
mengganti aktiva tetap lama yang masih mempunyai umur ekonomis dengan aktiva
tetap baru yang lebih menguntungkan. Karena AT lama masih mempunyai umur
ekonomis, artinya At lama tersebut mempunyai nilai buku, yaitu selisih harga
perolehan aktiva dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. AT lama juga mempunyai harga jual, sehingga bila diganti dengan AT
baru perlu dihitung laba atau rugi atas penjualan aktiva tetap lama
tersebut. Laba didapat jika harga jual
aktiva tetap lama lebih tinggi dibanding dengan nilai bukunya.dan sebaliknya,
jika harga jual lebih rendah dibanding nilai bukunya berarti mengalami
kerugian.
Untuk menilai penggantian aktiva
tetap layak atau tidak layak, perlu menghitung: (1) Investasi bersih, (2)
tambahan cashflow.
Investasi Bersih
Pada penilaian investasi
penggantian, yang dianalisis adalah besarnya tambahan keuntungan dan tambahan
investasi. Tambahan investasi atau
sering disebut investasi bersih ini didapatkan dari harga beli aktiva baru
dengan penerimaan bersih atas penjualan mesin lama. Dengan demikian perhitungan
investasi bersih sebagai berikut:
a. Perhitungan penjualan
aktiva tetap lama
Harga beli aktiva tetap lama xxx
Akumulasi penyusutan xxx
Nilai Buku xxx
Harga jual aktiva tetap lama xxx
Laba(Rugi) penjualan AT lama xxx
Pajak xxx
Laba bersih penjualan AT lama xxx
b. Perhitungan penerimaan
bersih dan investasi bersih
Nilai buku AT lama xxx
Laba(Rugi) penjualan AT lama xxx
Penerimaan bersih xxx
Harga Beli AT baru xxx
Investasi Bersih xxx
investasi bersih ini nantinya yang akan menjadi
initial cashflow yang harus ditutup dengan aliran kas yang diterima dari
penggantian.
Contoh:
PT Abadi merencanakan akan mengganti mesin yang
dibeli 3 tahun lalu seharga Rp.500.000.000,- umur ekonomis 7 tahun dan nilai
residu Rp.80.000.000,- dengan mesin baru yang diperkirakan lebih efisien
seharga Rp.700.000.000,- dengan umur ekonomis 4 tahun dan nilai residu sebesar
Rp.200.000.000,- Mesin lama diperkirakan akan laku dijual dengan harga
Rp.350.000.000,- Atas penggantian mesin tersebut diharapkan akan bisa menghemat
biaya tunai dari penurunan bahan baku dan biaya TK sebesar Rp.115.000.000,-
Pajak 30% dan return yang diharapkan sebesar 18%
Dari contoh soal tersebut kita bisa menghitung
besarnya investasi bersih sebagai berikut:
500juta - 80
juta
7
700juta - 200
juta
4
a. Perhitungan penjualan aktiva tetap lama
Harga beli aktiva tetap lama 500.000.000
Akumulasi penyusutan 3xRp60.000.000 180.000.000
Nilai Buku 320.000.000
Harga jual aktiva tetap lama 350.000.000
Laba(Rugi) penjualan AT lama 30.000.000
Pajak
9.000.000
Laba bersih penjualan AT lama 21.000.000
b. Perhitungan penerimaan
bersih dan investasi bersih
Nilai buku AT lama 320.000.000
Laba bersih penjualan
AT lama 21.000.000
Penerimaan bersih 341.000.000
Harga Beli AT
baru 700.000.000
Investasi Bersih 359.000.000
Investasi bersih ini
(359.000.000) yang nantinya akan ditutup dengan penerimaan – penerimaan dari
proyek penggantian ini.(atau sebagai initial cashflow)
Tambahan Cashflow
Untuk menilai kelayakan investasi penggantian , aliran kas
yang digunakan adalah aliran kas tambahan(incremental cashflow) yang disebabkan
penggantian aktiva tetap tersebut.
Tambahan aliran kas ini bisa disebabkan karena adanya penghematan biaya
tunai seperti turunya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, dan juga karena
peningkatan penjualan yang disebabkan aktiva tetap baru. Penghematan-penghematan ini akan menjadi
tambahan penghasilan, sehinngga perlu dikurangi dengan kenaikan biaya, seperti
kenaikan penyusutan (penyusutan mesin baru – penyusutan mesin lama). Dengan
demikian dari contoh diatas dapat dihitung tambahan cashflow sebagai berikut:
Penghematan tunai Rp.115.000.000,-
Tambahan Ph:
Ph Mesin Baru = Rp.125.000.000
Ph Mesin Lama = Rp.
60.000.000
Rp.
65.000.000,-
Tambahan EBIT Rp.
50.000.000,-
Pajak 30 % Rp.
15.000.000,-
Tambahan EAT Rp.
35.000.000,-
Tambahan Penyusutan Rp.
65.000.000,-
Tambahan Cashflow Rp.100.000.000,-
Dengan demikian
penggantian tersebut menghasilkan
tambahan cashflow sebesar Rp.100.000.000,-
Untuk menilai
kelayakannya, misal dengan menggunakan metode NPV maka dapat dihitung NPV nya
sebagai berikut:
PV dari tambahan cashflow tahun 1-4 = Rp
100.000.000 x 2,690 = Rp269.000.000,-
PV dari nilai residu tahun 4 = Rp 200.000.000 x 0,516 = Rp103.200.000,-
Total
PV of Cashflow Rp
372.200.000,-
Investasi Rp
359.000.000,-
Net Present Value Rp 13.200.000,-
Dari perhitungan tersebut ternyata menghasilkan NPV
positif sebesar Rp 13.200.000,- sehingga dapat disimpulkan bahwa investasi
penggantian tersebut adalah layak.
Soal: 2
PT Argolawu sedang mempertimbangkan untuk mengganti
mesinnya yang dibeli dua tahun lalu dengan harga Rp 360.000.000,- umur ekonomis
6 tahun, dan nilai residu Rp 60.000.000,- dengan mesin baru yang lebih efisien
yang mempunyai harga Rp 500.000.000,- umur ekonomis 4 tahun dan nilai residu Rp
150.000.000,- Mesin lama laku dijual dengan harga Rp 250.000.000,-
Atas penggantian tersebut didapatkan penghematan tunai
dari efisiensi bahan baku dan biaya tenaga kerja sebesar Rp 75 juta per tahun.
Pajak 30 % dan return yang diharapkan sebesar 17 %, apakah proyek penggantian
ini layak?
PEMILIHAN INVESTASI DENGAN UMUR BERBEDA
Dalam keputusan investasi penggantian, kadang-kadang
umur ekonomis dari aktiva tetap yang akan diganti dengan aktiva tetap pengganti
berbeda. Sebagai contoh perusahaan akan mengadakan pembaharuan dalam
pergudangan. Ada dua alternative alat pemindah barang yaitu system
conveyor(proyek C) dan truk forklift (proyek F). Proyek C mempunyai umur 6
tahun dan proyek F mempunyai umur 3 tahun. Investasi dan cashflow masing-masing
proyek adalah sebagai berikut:
Tahun Proyek
C Proyek F
0 -100.000.000,- -50.000.000,-
1 25.000.000,- 25.000.000,-
2 35.000.000,- 27.500.000,-
3 37.500.000,- 35.000.000,-
4 35.000.000,-
5 27.000.000,-
6 35.000.000,-
NPV r= 15% 21.676.207 15.546.149
IRR 22,72% 32,55%
Dari contoh diatas dapat dilihat dari analisis NPV
proyek yang lebih baik adalah
proyek C, karena menghasilkan NPV
positif lebih besar disbanding proyek F. Tetapi jika dilihat dari analisis IRR
ternyata proyek yang lebih baik adalah proyek F, karena IRRnya lebih tinggi
disbanding dengan proyek C.
Untuk itu penyelesaiannya dapat menggunakan :
1) Replacement Chain Approach
2) Equivalen Annual Annuity Approach
1.
Replacement Chain
Approach
yaitu merupakan metode yang menjadikan kedua mesin
yang umurnya berbeda dibuat menjadi sama dengan mengasumsikan membeli mesin
tersebut beberapa kali, sehingga menghasilkan umur yang sama.
Misal: Mesin A umur ekonomis 2 tahun dan mesin B umur
ekonomis 3 tahaun. Maka untuk menyamakan umur mesin A dianggap membeli tiga
kali sehingga umurnya 6 tahun, sedang mesin B dianggap membeli 2 kali sehingga
umurnya sama. Selanjutnya kedua mesin tersebut dianalisis dengan NPV dan IRR,
proyek yang memberikan NPV dan IRR lebih besar yang dianggap lebih baik.
Dari contoh kasus proyek C dan F di atas, karena umur
proyek F 3 tahun sementara proyek C mempunyai umur 6 tahun, maka proyek F
dianggap melakukan 2 kali investasi. Sehingga proyek F akan tampak sbb:
-50000 25000 27500 35000 25000 27500
35000
-50000
-15000
Dari cashflow tersebut, selanjutnya dihitung besarnya
NPV dan IRR untuk proyek F selama enam tahun. Setelah dihitung discount rate
15% ternyata menghasilkan NPV sebesar Rp.25.757,5 dengan IRR sebesar 32,88%.
Dengan demikian baik dengan NPV maupun dengan IRR lebih besar proyek F, oleh
karena itu dusulkan yang dipilih adalah proyek F.
2.
Equivalen Annual
Annuity Approach
Dalam pendekatan ini, masing-masing proyek perlu
dicari NPVnya, yang kemudian yang kemudian dibuat rata-rata tahunan dengan
membaginya dengan discount factor anuitetnya selama umur ekonomis masing-masing
proyek. Dengan demikian langkah yang perlu diambil adalah:
1.
Menghitung NPV masing-masing proyek dengan tingkat
diskonto tertentu. Misal proyek C dan F di atas, dengan tingkat diskonto 15%
diperoleh NPV proyek C = Rp 21.676.207 dan proyek F NPVnya = Rp15.545.149
2.
Menghitung discount factor anuity masing-masing proyek
dengan discount rate sama dengan untuk mencari NPV yakni 15%. Oleh karena itu
discount factor 15% untuk 3 tahun = 2,283 dan 6 tahun = 3,784.
3.
Selanjutnya
menghitung Equivalen Annual Annuity (EAA) masing-masing proyek dengan jalan
membagi NPV proyek dengan discount factor annuitynya.
EAA proyek C = Rp 21.676.207 : 3,784 = Rp5.728.385,-
EAA proyek F = Rp 15.546.149 : 2,283 = Rp6.809.527,-
Dengan demikian EAA proyek F lebih
besar, sehingga dengan metode ini , proyek F sebaiknya yang dipilih sebab
menghasilkan EAA lebih besar disbanding dengan proyek C.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar