·
PENGERTIAN AKUNTANSI BIAYA
Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang
diperuntukkan bagi proses pelacakan, pencatatan, dan analisa terhadap
biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas suatu organisasi untuk
menghasilkan barang atau jasa. Biaya didefinisikan sebagai waktu dan sumber
daya yang dibutuhkan dan menurut konvensi diukur dengan satuan mata uang.
Penggunaan kata beban adalah pada saat biaya sudah habis terpakai. Pengertian
dan Fungsi Akuntansi Biaya menurut beberapa pakar:
1. Menurut Schaum
Pengertian dari Akuntansi biaya: adalah suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan barang atau jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya: Melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan.
1. Menurut Carter dan Usry
Pengertian dari Akuntansi Biaya: Penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikkan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.
1. Menurut Schaum
Pengertian dari Akuntansi biaya: adalah suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan barang atau jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya: Melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan.
1. Menurut Carter dan Usry
Pengertian dari Akuntansi Biaya: Penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian, perbaikkan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat rutin maupun strategis.
·
Pendekatan
akuntansi biaya
Ada tiga pendekatan yang biasa dilakukan untuk akuntansi
biaya, yaitu biaya standar (standard costing), biaya berdasarkan kegiatan
(activity-based costing), dan biaya berdasarkan hasil (throughput accounting).
·
Revolusi
dalam akuntansi biaya
Akuntansi biaya telah mengalami perubahan yang dramatis,
dimana perkembangan sistem komputer hampir menghapuskan pembukuan secara
manual. Akuntansi biaya kini telah menjadi kebutuhan nyata dalam semua
organisasi termasuk bank, organisasi profesional, serta lembaga pemerintah.
Dewasa ini telah banyak perusahaan yang memasang metode pabrikasi produk,
perdagangan produk, atau pemberian jasa dengan bantuan komputer. Adanya
teknologi ini telah sangat memberikan dampak terhadap akuntansi biaya.
·
Pengajaran
dalam akuntansi biaya
Banyak bahan pelajaran yang diajarkan dalam akuntansi biaya,
dimana kesemuanya selalu berkaitan dengan biaya-biaya yang mungkin timbul dalam
proses produksi. Pembelajaran yang dilakukan dalam akuntansi biaya antara lain
mengenai penentuan harga pokok produk: bersama dan sampingan, harga pokok
proses, pembiayaan: biaya variabel dan biaya tetap, biaya overhead pabrik,
departementalasi biaya overhead, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja: langsung
dan tidak langsung, pengendalian biaya, serta analisis biaya pemasaran.
·
Manfaat
akuntansi biaya
Akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi yang
merupakan alat bagi manajemen untuk memonitor dan merekam transaksi biaya
secara sistematis, serta menyajikan informasi biaya dalam bentuk laporan biaya.
Manfaat biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh
manajemen dalam mengelola perusahaannya, yaitu untuk perencanaan dan
pengendalian laba; penentuan harga pokok produk dan jasa; serta bagi
pengambilan keputusan oleh manajemen.
·
Keterbatasan
dalam sistem akuntansi biaya
Dalam akuntansi biaya juga terdapat beberapa kekurangan yang
menyertainya, terutama dalam sistem akuntansi biaya yang telah ketinggalan
zaman. Gejala-gejala dari sistem biaya yang ketinggalan zaman diantaranya ialah
hasil dari penawaran sulit dijelaskan, harga pesaing nampak lebih rendah
sehingga kelihatan tidak masuk akal, produk-produk yang sulit diproduksi
menunjukkan laba yang tinggi, manajer operasional berkeinginan menghentikan
produk-produk yang kelihatan menguntungkan, marjin laba sulit dijelaskan,
pelanggan tidak mengeluh atas biaya naiknya harga, departemen akuntansi
menghabiskan banyak waktu hanya untuk memberi data biaya bagi proyek khusus,
dan biaya produk berubah karena adanya perubahan peratauran pelaporan.
·
KONSEP OBJEK BIAYA
Sistem akuntansi
manajemen dibuat untuk mengukur dan membebankan biaya kepada entitas yang
disebut objek biaya
Objek biaya : produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitasdan sebagainya, di mana biaya diukur dan dibebankan
Aktivitas: unit dasar kerja yang dilakukan dalam sebuah organisasi
Objek biaya : produk, pelanggan, departemen, proyek, aktivitasdan sebagainya, di mana biaya diukur dan dibebankan
Aktivitas: unit dasar kerja yang dilakukan dalam sebuah organisasi
·
KLASIFIKASI BIAYA BERDASAR FUNGSI POKOK PERUSAHAAN
Perusahaan Manufaktur:
1. BIAYA PRODUKSI
1. BIAYA PRODUKSI
·
Bahan
Langsung
·
Tenaga
kerja langsung
·
Biaya
Overhead Pabrik
2. BIAYA NON PRODUKSI:
·
Biaya
Penjualan dan marketing
·
Biaya
administrasi
·
KLASIFIKASI
BIAYA
Berdasarkan konsep
Akuntansi Keuangan (Konsep Akrual)
1.BIAYA PRODUK
Semua biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk
Dalam perusahaan manufaktur maka biaya produk meliputi: Bahan Langsung, TKL, BOP
Karena biaya produk ditentukan dalam persediaan, maka disebut juga Inventoriable Cost
2.BIAYA PERIODIK
Semua biaya yang tidak termasuk dalam biaya produk. Biaya ini adalah beban dalam laporan laba rugi dalam periode dimana biaya tersebut terjadi. Yang termasuk biaya periodik dalam produk manufaktur meliputi: Beban penjualan dan biaya administrasi
1.BIAYA PRODUK
Semua biaya yang terkait dengan pemerolehan atau pembuatan suatu produk
Dalam perusahaan manufaktur maka biaya produk meliputi: Bahan Langsung, TKL, BOP
Karena biaya produk ditentukan dalam persediaan, maka disebut juga Inventoriable Cost
2.BIAYA PERIODIK
Semua biaya yang tidak termasuk dalam biaya produk. Biaya ini adalah beban dalam laporan laba rugi dalam periode dimana biaya tersebut terjadi. Yang termasuk biaya periodik dalam produk manufaktur meliputi: Beban penjualan dan biaya administrasi
·
Klasifikasi
Biaya Secara Umum
Akuntansi biaya menghasilkan biaya
untuk memenuhi pencapaian tujuan antara lain penentuan harga pokok, perencanaan
dan pengendalian biaya serta pengambilan keputusan, maka dari itu penyajian
biaya diklasifikasikan dengan tepat sangat diperlukan agar data yang dihasilkan
akurat sebab informasi tersebut diperlukan untuk tindak lanjut dalam
melaksanakan kegitan perusahaan dalam mengevaluasi serta melakukan perbaikan
dimasa yang akan datang.
Pada akuntansi biaya, umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang akan dicapai dengan penggolongan tersebut, karena pada akuntansi biaya dikenal konsep different costs for different purposes, yang artinya biaya yang berbeda digunakan untuk kepentingan yang berbeda pula. Pada dasarnya klasifikasi biaya adalah preses pengelompokan biaya atas keseluruhan elemen biaya secara sistematis ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih rinci yang bertujuan memberikan informasi biaya yang lebih lengkap bagi manajemen dalam mengelola perusahaan.
Pada akuntansi biaya, umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang akan dicapai dengan penggolongan tersebut, karena pada akuntansi biaya dikenal konsep different costs for different purposes, yang artinya biaya yang berbeda digunakan untuk kepentingan yang berbeda pula. Pada dasarnya klasifikasi biaya adalah preses pengelompokan biaya atas keseluruhan elemen biaya secara sistematis ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih rinci yang bertujuan memberikan informasi biaya yang lebih lengkap bagi manajemen dalam mengelola perusahaan.
·
Peranan
Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya
melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan
pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi, serta membuat baik keputusan rutin
maupun keputusan strategik. Dalam hal ini, pengumpulan, penyajian, dan
analisis informasi
dalam kaitannya dengan biaya dan manfaat sangat membantu manajemen dalam
melaksanakan tugas-tugas berikut :
1. Menyusun
dan melaksanakan rencana serta anggaran operasi dalam kondisi yang ekonomis dan
bersaing.
2. Menetapkan
metode kalkulasi biaya yang menjamin adanya pengendalian, pengurangan biaya,
dan perbaikan mutu.
3. Mengendalikan
jumlah persediaan secara fisis, dan menentukan biaya dari masing-masing barang
dan jasa yang diproduksi untuk tujuan penentuan harga dan mengevaluasi prestasi
suatu produk, departemen atau divisi.
4. Menghitung
biaya dan laba perusahaan untuk suatu periode akuntansi.
·
METODE HARGA POKOK PROSES
KARAKTERISTIK METODE
HARGA POKOK PROSES
Karakter produksinya
sbb:
1. Produk yg dihasilkan merupakan
produk standar
2. Produk yang dihasilkan dari
bulan ke bulan adalah sama
3. Kegiatan produksi dimulai
dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana produksi produk
standar untuk jangka waktu tertentu
PERBEDAAN METODE HARGA
POKOK PROSES DENGAN METODE HARGA POKOK PESANAN
1. pengumpulan biaya produksi
Metode harga pokok
pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut pesanan, sedangkan metode harga
pokok proses mengumpulka biaya produksi per departemen produksi per periode
akuntansi
2. perhitungan harga pokok
produksi per satuan
metode harga pokok
pesanan menghitung harga pokok produksi per satuan dengan cara membagi total
biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan pada saat
pesanan telah selesai diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga
pokok produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang
dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan
selama periode yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir
periode akuntansi ( biasanya akhir bulan)
3. penggolongan biaya produksi
dalam metode harga
pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan menjadi biaya produksi langsung
dan biaya produksi tidak langsung. Biaya produksi langsung dibebankan kepada
produk berdasar biaya sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak
langsung dibebankan kepada produk berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka.
Didalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung seringkali tidak diperlukan, terutama jika perusahaan
hanya menghasilkan satu macam produk ( seperti perusahaan semen, pupuk, bumbu
masak). Karena harga pokok persatuan produk dihitung setiap akhir bulan, maka
umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang
sesungguhnya terjadi.
4. unsur biaya yang dikelompokkan
dalam biaya overhead pabrik.
Dalam metode harga
pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya bahan penolong, biaya
tenaga kerja tidak langsung. Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan
kepada produk atas dasar tariff yang ditentukan dimuka. Di dalam metode harga
pokok proses, biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya
bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga kerja ( baik yang langsung
maupun yang tidak langsung). Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan
kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi
tertentu.
Manfaat informasi harga
pokok produksi
1.
Menentukan
harga jual produk
2.
Memantau
realisasi biaya produksi
3.
Menghitung
laba atau rugi periodic
4.
Menentukan
harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan dalam
neraca
METODE HARGA POKOK
PROSES- TANPA MEMPERHITUNGKAN PERSEDIAAN PRODUK DALAM PROSES AWAL
VARIASI CONTOH
PENGGUNAAN METODE HARGA POKOK PROSES YANG DIURAIKAN DALAM BAB INI MENCAKUP:
a. metode harga pokok proses yang
diterapkan dalam perusahaan yang produknya dioleh hanya melalui satu departemen
produksi
b. metode harga pokok proses yang
diterapkan dalam perusahaan yang produknya diolah melalui lebih dari satu
departemen produksi
c. pengaruh terjadinya produk yang
hilang dalam proses terhadap perhitungan harga pokok produksi per satuan,
dengan anggapan:
· produk hilang pada awal proses
· proiduk hilang pada akhir
proses
METODE HARGA POKOK
PROSES – PRODUK DIOLAH MELALUI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI
Contoh 1.
PT Risa Rimendi
mengolah produknya secara massa melalui satu departemen produksi. Jumlah biaya
yang dikeluarkan selama bulan Januari 19x1 disajikan dalam gambar 3.1
|
Biaya bahan baku
Biaya bahan penolong
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
|
Rp 5.000.000
Rp 7.500.000
Rp 11.250.000
Rp 16.125.000
|
|
Total biaya produksi
|
Rp 39.875.000
|
|
Jumlah produk yang
dihasilkan selama bulan tersebut adalah :
Produk jadi
Produk dalam proses
pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian sebagai berikut: Biaya bahan
baku : 100 %;biaya bahan penolong 100
%, biaya tenaga kerja 50 %; biaya overhead pabrik 30 %.
|
2.000 kg
500 kg
|
Data produksi PT Risa
Rimendi Bulan Januari 19x1
|
Masuk ke dalam
proses: 2.500 kg
|
Produk jadi : 2000 kg
Produk dalam proses
akhir 500 kg
|
Perhitungan
harga pokok produksi per satuan
|
Unsure
biaya produksi
|
Total
biaya
|
Unit
ekuivalensi
|
Biaya
produksi per satuan
|
|
(1)
|
(2)
|
(3)
|
(2);(3)
|
|
Bahan baku
Bahan penolong
Tenaga kerja
Overhead pabrik
|
Rp 5.000.000
Rp 7.500.000
Rp 11.250.000
Rp 16.125.000
39.875.000
|
2.500
2.500
2.250
2.150
|
Rp
2.000
3.000
5.000
7.500
17.500
|
Perhitungan
harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses
|
Harga pokok produk
jadi : 2.000 x Rp 17.500
|
Rp
35.000.000
|
|
Harga pokok
persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku :
100 % x 500 x Rp 2.000 = Rp 1.000.000
Biaya bahan penolong
100 % x 500 x Rp 3.000= Rp 1.500.000
Biaya tenaga kerja 50
% x 500 x Rp 5.000= Rp 1.250.000
Biaya overhead pabrik
30 % x 500 x rp 7.500= Rp 1.125.000
|
Rp 4.875.000
|
|
Jumlah biaya produksi
bulan januari 19x1
|
Rp
39.875.000
|
Jurnal pencatatan biaya
produksi
jurnal untuk
mencatat biaya bahan baku ;
Barang dalam proses-
biaya bahan
baku Rp 5.000.000
Persediaan bahan
baku Rp 5.000.000
Jurnal untuk
mencatat biaya bahan penolong
Barang dalam proses-
biaya bahan
penolong Rp 7.500.000
Persediaan bahan
penolong Rp 7.500.000
Jurnal untuk
mencatat biaya tenaga kerja
Barang dalam proses- biaya tenaga
kerja Rp 11.250.000
Gaji dan
upah Rp 11.250.000
JurnaL untuk
mencatat biaya overhead pabrik
Barang dalam proses-
biaya overhead
pabrik Rp 16.125.000
Berbagai rekening yang
dikredit Rp 16.125.000
Jurnal untuk
mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang
Persediaan produk
jadi Rp 35.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan
baku Rp 4.000.000
Barang dalam proses- biaya bahan
penolong Rp 6.000.000
Barang dalam proses-biaya tenaga
kerja Rp 10.000.000
Barang dalam proses- biaya overhead
pabrik Rp 15.000.000
Jurnal mencatat
harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum selesai dioleh pada akhir
bulan januari 19 x1
Persediaan produk dalam
proses Rp 4.875.000
Barang dalam proses – biaya bahan
baku Rp 1.000.000
Barang dalam proses – biaya bahan
penolong Rp 1.500.000
Barang dalam proses- Biaya tenaga
kerja Rp 1.250.000
Barang dalam proses – biaya overhead
pabrik Rp 1.125.000
METODE HARGA POKOK
PROSES –PRODUK DIOLAH MELALUI LEBIH DARI SATU DEPARTEMEN PRODUKSI
Perhitungan biaya
produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen
pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena produk
yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan
produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari
departemen produksi sebelumnyua tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan
oleh departemen setelah departemen pertama terdiri dari:
a. biaya produksi yang dibawa dari
departemen sebelumnya
b. biaya produksi yang ditambahkan
dalam departemen setelah departemen pertama
Contoh2:
PT eliona sari memiliki
2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen
B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan
Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data
produksi Bulan Januari 19x1
|
Departemen
A
|
Departemen
B
|
|
|
Produk yang dimasukkan dalam proses
|
35.000
kg
|
|
|
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B
|
30.000
kg
|
|
|
Produk selesai yang ditransfer ke gudang
|
24.000
kg
|
|
|
Produk dalam proses akhir bulan
|
5.000
kg
|
6.000
kg
|
|
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19x1
Biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja
Biaya overhead pabrik
|
Rp
70.000
Rp
155.000
Rp
248.000
|
Rp
0
Rp
270.000
Rp
405.000
|
|
Tingkat penyelesaian produk dalam produk proses
akhir
Biaya bahan baku
Biaya konversi
|
100%
20%
|
50%
|
Perhitungan
harga pokok produksi per satuan departemen A
|
Unsur
biaya produksi
|
Total
biaya
|
Unit
ekuivalensi
|
Biaya
produksi per kg
|
|
Bahan baku
Tenaga kerja
Overbead pabrik
|
Rp
70.000
155.000
248.000
|
35.000
31.000
31.000
|
Rp
2
5
8
|
|
Total
|
Rp
173.000
|
Rp
15
|
Perhitungan
harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A
|
Harga pokok produk
jadi : 30.000 x Rp 15
|
Rp
450.000
|
|
Harga pokok
persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku :
100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
Biaya tenaga kerja 20
% x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000
Biaya overhead pabrik
20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000
|
Rp 23.000
|
|
Jumlah biaya produksi
Departemen A bulan januari 19x1
|
Rp
473.000
|
Jurnal pencatatan biaya
produksi departemen A
Jurnal untuk
mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam
proses-biaya bahan baku departemen
A Rp 70.000
Persediaan bahan
baku Rp 70.000
Jurnal untuk
mencatat biaya tenaga kerja :
Barang dalam proses-
biaya tenaga kerja departemen
A Rp 155.000
Gaji dan
upah Rp 155.000
Jurnal untuk
mencatat biaya overhead pabrik departemen
A
Barang dalam proses-
biaya overhead pabrik departemen
A Rp 248.000
Berbagai rekening yang di
kredit Rp 248.000
Jurnal untuk
mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A ke
departemen B:
Barang dalam proses –
biaya bahan baku departemen
B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku
departemen
A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja
departemen
A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya overhead
pabrik departemen A Rp 240.000
Jurnal untuk
mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1
Persediaan produk dalam
proses-departemen
A Rp 23.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku
departemen
A Rp 10.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja
departemen
A Rp 5.000
Barang dalam proses-biaya overhead
pabrik departemen A Rp 8.000
Perhitungan harga pokok
produksi per satuan departemen B
|
Unsur
biaya produksi
|
Total
biaya
|
Unit
ekuivalensi
|
Biaya
produksi per kg
|
|
Tenaga kerja
Overbead pabrik
|
270.000
405.000
|
27.000
27.000
|
10
15
|
|
Total
|
Rp
675.000
|
Rp
25
|
Perhitungan
harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B
|
Harga pokok produk
selesai yang di transfer departemen B ke gudang
Harga pokok dari
departemen A : 24.000 x Rp 15
Biaya yang
ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25
|
Rp
360.000
600.000
|
|
Total harga pokok
produk jadi yang ditransfer ke gudang
24.000 x Rp 40
|
960.000
|
|
Harga pokok
persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari
departemen A : 6.000 x Rp 15
Biaya yang
ditambahkan oleh departemen B:
Biaya tenaga kerja 50
% x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000
Biaya overhead pabrik
50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000
|
90.000
Rp 75.000
|
|
Total harga pokok
persediaan produk dalam proses departemen B
|
165.000
|
|
Jumlah biaya produksi
kumulatif Departemen B bulan januari 19x1
|
Rp
1.125.000
|
jurnal pencatatan biaya
produksi departemen B
Jurnal untuk
mencatat penerimaan produk dari departemen A: :
Barang dalam proses –
biaya bahan baku departemen B Rp 450.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku
departemen
A Rp 60.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja
departemen
A Rp 150.000
Barang dalam proses-biaya overhead
pabrik departemen
A Rp 240.000
Jurnal untuk
mencatat biaya tenaga kerja :
Barang dalam proses-
biaya tenaga kerja departemen
B Rp 270.000
Gaji dan
upah Rp 270.000
Jurnal untuk
mencatat biaya overhead pabrik departemen
B
Barang dalam proses-
biaya overhead pabrik departemen
B Rp 405.000
Berbagai rekening yang di
kredit Rp 405.000
Jurnal untuk
mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke gudang
Persediaan produk
jadi Rp 960.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku
departemen
B Rp 360.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja
departemen
B Rp 240.000
Barang dalam proses-biaya overhead
pabrik departemen
B Rp 360.000
Jurnal untuk
mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang belum
selesai diolah dalam department A pada akhir bulan januari 19x1
Persediaan produk dalam
proses-departemen B Rp 165.000
Barang dalam proses- biaya bahan baku
departemen
B Rp 90.000
Barang dalam proses-biaya tenaga kerja
departemen
B Rp 30.000
Barang dalam proses-biaya overhead
pabrik departemen
B Rp 45.000
PENGARUH TERJADINYA
PRODUK YANG HILANG DALAM PROSES TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER
SATUAN
Pengaruh terjadinya
produk yang hilang pada awal proses terhadap perhitungan harga pokok produksi
per satuan
Contoh3:
PT eliona sari memiliki
2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen
B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan
Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data
produksi Bulan Januari 19x1
|
Departemen
A
|
Departemen
B
|
|
|
Produk yang dimasukkan dalam proses
|
1.000 kg
|
|
|
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B
|
700 kg
|
|
|
Produk selesai yang ditransfer ke gudang
|
400 kg
|
|
|
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya
konversi 40 %
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %
|
200 kg
|
100 kg
|
|
Produk yang hilang pada awal proses
|
100 kg
|
200 kg
|
Biaya
produksi Bulan Januari 19 x1
|
Departemen
A
|
Departemen
B
|
|
|
Biaya bahan baku
|
Rp
22.500
|
Rp -
|
|
Biaya bahan penolong
|
26.100
|
16.100
|
|
Biaya tenaga kerja
|
35.100
|
22.500
|
|
Biaya overhead pabrik
|
45.800
|
24.750
|
Perhitungan
biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1
|
Jenis biaya
|
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemn A (
unit ekuivalensi)
|
Biaya produksi Departemen A
|
Biaya per kg produk yang dihasilkan oleh
departemen A
|
|
Biaya bahan baku
|
700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg
|
Rp
22.500
|
Rp
25
|
|
Biaya bahan penolong
|
700 kg + 100 % x 200 kg = 900 kg
|
26.100
|
29
|
|
Biaya tenaga kerja
|
700 + 40%x200kg=780kg
|
35.100
|
45
|
|
Biaya overhead pabrik
|
700 + 40%x200kg=780kg
|
46.800
|
60
|
|
Rp
130.500
|
Rp
159
|
Perhitungan
biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1
|
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
Departemen B : 700 x Rp 159
|
Rp 111.300
|
|
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan
baku 200 kg x 100 % x Rp 25 = 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga
kerja 200
kg x 40 %x Rp 45= 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 60= 4.800
|
Rp 19.200
|
|
Jumlah biaya produksi Departemen A
|
Rp 130.500
|
Produk yang hilang pada
awal proses di Departemen setelah departemen pertama
Perhitungan
penyesuaian harga pokok per unit dari departemen A
|
Harga pokok produksi per satuan produk yang
berasal dari departemen A
Rp 111.300 : 700
|
Rp 159,00
|
|
Harga pokok produksi per satuan produk yang
berasal dari departemen A setelah adanya produk yang hilang dalam proses di
Departemen B sebanyak 200 kg adalah Rp 111.300 : ( 700 kg-200 kg)
|
Rp 222.60
|
|
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk
yang berasal dari Departemen A
|
Rp 63.60
|
Perhitungan
biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1
|
Jenis biaya
|
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen B (
unit ekuivalensi)
|
Jumlah biaya produksi yang ditambahkan di
departemen B
|
Biaya per kg yang ditambahkan Departemen B
|
|
Biaya bahan penolong
|
400 kg + 60 % x 100 kg = 460 kg
|
Rp 16.100
|
Rp 35
|
|
Biaya tenaga kerja
|
400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg
|
Rp 22.500
|
Rp 50
|
|
Biaya overhead pabrik
|
400 kg + 50 %x 100 kg = 450 kg
|
Rp 24.750
|
Rp 55
|
|
Rp 63.350
|
Rp 140
|
Perhitungan
biaya produksi departemen B bulan Januari 19x1
|
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
gudang 400 kg @ Rp 362.60
|
Rp 145.040
|
|
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
bulan ( 100 kg):
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 222.6=
Rp 22.260
Biaya bahan penolong : 100 kg x 60 % x Rp 35 =
2.100
Biaya tenaga kerja : 100 kg x 50 % x Rp 50 = 2.500
Biaya overhead pabrik : 100 kg x 50 %x Rp 55
=2.750
|
Rp 29.610
|
|
Jumlah kumulatif dalam departemen B
|
Rp 174.650
|
Pengaruh terjadinya
produk yang hilang pada akhir proses terhadap perhitungan harga pokok produksi
per satuan
Contoh:
PT eliona sari memiliki
2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A dan Departemen
B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan
Januari 19 x1 disajikan dalam gambar berikut :
Data
produksi Bulan Januari 19x1
|
Departemen
A
|
Departemen
B
|
|
|
Produk yang dimasukkan dalam proses
|
1.000 kg
|
|
|
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B
|
700 kg
|
|
|
Produk selesai yang ditransfer ke gudang
|
400 kg
|
|
|
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut :
Biaya bahan baku & penolong 100 % biaya
konversi 40 %
Biaya bahan penolong 60 %, biaya konversi 50 %
|
200 kg
|
100 kg
|
|
Produk yang hilang pada akhir proses
|
100 kg
|
200 kg
|
Biaya
produksi Bulan Januari 19 x1
|
Departemen
A
|
Departemen
B
|
|
|
Biaya bahan baku
|
Rp
22.500
|
Rp -
|
|
Biaya bahan penolong
|
26.100
|
16.100
|
|
Biaya tenaga kerja
|
35.100
|
22.500
|
|
Biaya overhead pabrik
|
45.800
|
24.750
|
Perhitungan
biaya produksi per unit departemen A bulan januari 19 x1
|
Jenis biaya
|
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemn A (
unit ekuivalensi)
|
Biaya produksi Departemen A
|
Biaya per kg produk yang dihasilkan oleh
departemen A
|
|
Biaya bahan baku
|
700 kg + 100 % x 200 kg + 100 kg= 1000 kg
|
Rp
22.500
|
Rp
22.5
|
|
Biaya bahan penolong
|
700 kg + 100 % x 200 kg+ 100 kg = 1000 kg
|
26.100
|
26.10
|
|
Biaya tenaga kerja
|
700 + 40%x200kg + 100 kg = 880kg
|
35.100
|
39.89
|
|
Biaya overhead pabrik
|
700 + 40%x200kg+ 100 kg = 880kg
|
46.800
|
53.18
|
|
Rp
130.500
|
Rp141.67
|
Perhitungan
biaya produksi Departemen A bulan Januari 19x1
|
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
Departemen B : 700 x Rp 141.67
|
Rp
99.169
|
|
Penyesuaian harga pokok produk selesai karena
adanya produk yang hilang pada akhir proses 100 xRp 141,67
|
14.167,00
|
|
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen B setelah disesuaikan : 700 x Rp 161,91
|
113.334,40
|
|
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
bulan ( 200 Kg)
Biaya bahan
baku 200 kg x 100 % x Rp 22.5 = 4.500
Biaya bahan penolong 200 kg x 100 % x Rp 26.1 = 5.220
Biaya tenaga
kerja 200
kg x 40 %x Rp 39.89= 3.191,2
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40 %x Rp 53.18=
4.254,4
|
Rp
17.165.60
|
|
Jumlah biaya produksi Departemen A
|
Rp
130.500,00
|
Produk yang hilang pada
akhir proses di departemen produksi setelah departemen produksi pertama
Perhitungan
biaya produksi per unit Departemen B bulan januari 19 x1
|
Jenis biaya
|
Jumlah produk yang dihasilkan oleh departemen B (
unit ekuivalensi)
|
Jumlah biaya produksi yang ditambahkan di
departemen B
|
Biaya per kg yang ditambahkan di Departemen B
|
|
Biaya bahan penolong
|
400 kg + 60 % x 100 kg + 200 kg = 660 kg
|
Rp
16.100
|
Rp
24.39
|
|
Biaya tenaga kerja
|
400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = 650 kg
|
Rp
22.500
|
Rp
34.62
|
|
Biaya overhead pabrik
|
400 kg + 50 % x 100 kg + 200 kg = 650 kg
|
Rp
24.750
|
Rp
38.08
|
|
Rp
63.350
|
Rp
97.09
|
Perhitungan
biaya produksi Departemen B bulan Januari 19x1
|
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
Departemen B : 400 x Rp 161.91
|
Rp
64.764,00
|
|
Biaya yang ditambahkan departemen B 400 x Rp 97.09
|
38.836,00
|
|
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses :
200 kg ( Rp 161.91+Rp 97.09
|
51.800,00
|
|
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen B setelah disesuaikan : 400 x Rp 388.5
|
155.400,00
|
|
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
bulan ( 100 Kg)
Harga pokok dari departemen A : 100 kg x Rp 161.91
= Rp 16.191,00
Biaya bahan penolong 100 kg x 60 % x Rp 24.39 = 1.463.3
Biaya tenaga
kerja 100
kg x 50 %x Rp 34.62= 1.731
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50 %x Rp 38.08=
1.904
|
Rp
21.289.40
|
|
Jumlah biaya produksi Departemen B
|
Rp
176.689.40
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar